Mohon tunggu...
Ahmad Fadhil Imran
Ahmad Fadhil Imran Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rinduku Bukan Untukmu, Hanya Teruntuk Kebangsaan

30 Maret 2017   18:48 Diperbarui: 31 Maret 2017   03:00 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekarang ini secara menakjubkan telah lahir banyak pemimpin muda di Indonesia. Khususnya di kalangan pemuda dan mahasiswa. Sebetulnya ini sejalan dengan rute kelahiran generasi baru dalam sejarah pergerakan nasional.

Bahwa dalam setiap 20 tahun di Indonesia selalu lahir gejolak dan momen perubahan, semacam revolusi. Coba lihat lagi tahun2 unik ini.: 1908, 1928, 1948, 1968, 1978(*), 1998, 2018. Ada semacam tenaga yang lahir dan melepas takdir zamannya mencipta perubahan. Maaf, 2018 belum datang, ini 2017, setahun lagi sebelum atau setelahnya entah ada apa. Tetapi yang kita telah ketahui adalah di tahun-tahun tersebut telah melahirkan gejolak yang melahirkan gelombang-gelombang besar sehingga menciptakan para pemimpin muda yang berbakat, walaupun pada awalnya semua berangkat dari kegelisahan.

Satu hal dari mereka adalah kapasitas yang melebihi generasi zaman sebelum nya terutama yang sedang berkuasa, dugaan saya adalah bahwa generasi yang sedang berkuasa dalam keadaan kewalahan menghadapi kenyataan, Ini disebabkan karena para penguasa dibesarkan dan dimanjakan oleh rezim masa lalu yang mapan dan telah tumbang.

Suatu generasi yang dibesarkan oleh kemapanan rezim Tiran di masa lalu maka mereka tak memiliki alat untuk melawan, dan yang datang melawan adalah generasi yang telah sanggup menumbangkan rezim tiran dari masa lalu, maka ada semacam akumulasi kemampuan pada generasi yang sedang bersiap siaga untuk memimpin masa depan. Kapasitas pertama adalah memahami sederhananya nalar totaliter dan kerumitan ide demokrasi sekarang, lalu dengan kemampuan itu mereka terlibat merancang proses menjatuhkan kekuasaan totaliter, dengan kapasitas itu mereka merancang bangun imajinasi masa depan kita sebagai sebuah bangsa pemenang, mereka terbiasa dengan nalar dan khayalan yang lebih kompleks yang tak sanggup dipahami generasi sebelumnya. Sebenarnya semua ini adalah siklus, berangkat dari keadaan situasi yang rumit, melahirkan orang-orang hebat, lahirnya orang-orang yang hebat, situasi akan menjadi nyaman, situasi yang nyaman, maka akan melahirkan orang-orang yang lemah, dan lahirnya orang-orang yang lemah maka akan membuat situasi menjadi rumit. Intinya apa, di dalam keadaan rumit sebesar-besarnya akan lahir kesadaran kritis yang sangat besar.

Permasalahan semenjak tahun 1998 sampai saat ini memang tak separah tahun-tahun sebelumnya. Tapi lihatlah disekitar kita, pendidikan mulai dari sistem sampai yang menjalankannya, biayanya tidak main-main, korupsi dimana-mana, issu berlomba dengan wacana beradu membawa perpecahan berbangsa, orang-orang kuat dan paham persoalan dilempar sehingga semakin kacau.
Lalu yang kuat adalah, orang-orang yang memiliki kekuasaan, memasuki segala dimensi baik nyata maupun maya yang berdampak mengarah ke kesenjangan sosial.

Mereka memiliki karinduan tentang masyarakat ideal, Kerinduan, mimpi, harapan dan cita2 inilah menjadi api yang menyala-nyala dalam jiwa mereka, lalu hilanglah rasa takut, dan tatapan menyala ke depan menebar harapan dan keinginan mulia sebuah bangsa.

Maka, sebagai komponen bangsa, kita yang sekarang mesti harus bergabung dengan semua generasi yang merindu, rindu akan perubahan. Para pemimpin muda telah lahir. Dan mereka terus membangunkan dan melahirkan harapan. Akan tiba masa, generasi akan berganti dan tanda2 semakin hari semakin nyata, ada pula yang semakin kewalahan. Kreatifitas lama tak cukup lagi menjawab persoalan bangsa kita yang makin berat, kreatifitas lama hanya cukup untuk sekedar mengalihkan perhatian tapi tidak untuk menuntaskan persoalan. 

Egoistik dalam gerakan tak lagi dibutuhkan demi kepentingan bersama dan seluruh bangsa. Kebutuhan mendasar maupun kebutuhan yang tak dianggap waras oleh penguasa mesti kita rebut. Seandainya penguasa sadar, kita akan diajak bersekutu melawan imprealis dan sistemnya yang dipuja-puja. Maka gelombang besar harus kita lahirkan membantu penguasa kita untuk sadar dan kembali kepada hakikatnya dalam bernegara dan berbangsa.

Momen 20 tahunan kita boleh percaya atau tidak, tapi angka 8 semakin mendekat melewati takdir kita sebagai bangsa, yang menurut kebanyakan orang angka 8 adalah tapal dan terus menerus bersambung tanpa ada pemutus di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun