Belajar memahamimu, aku
tiba-tiba menjadi laki-laki paling tolol, engkau rumit seperti angin
yang dikirim Mikail: kurasakan namun selalu tak terjangkau. Aku
mengimani keagunganmu, sebagaimana ranting yang merunduk ketika angin
bertiup. Engkau yang tidak bisa ditaklukkan oleh waktu, tak terjamah
oleh cengkraman musim. Aku tidak gugup melihatmu, karena engkau
diciptakan Tuhan begitu puitis, tapi aku gugup karena sekuntum senyummu
yang semilir angin mempecundangi pori-pori mimpiku di tengah tidurku
yang paling magis.
Aku mengamini keanggunanmu, sebagaimana panas yang menyingkir
ketika datang gelap. Engkau yang tak tergapai oleh nalar, tak