Belum selesai kasus pertama ada kasus pencurian berikutnya. Lagi-lagi ada jejak sepatu dan tangan. Fatty makin pusing karena ia juga jadi korban pencurian. Gudang di rumahnya diobok-obok maling.
Siapa pencuri sebenarnya? Mengapa dia menjuluki diri sendiri sebagai 'si kaki besar'? Baca sendiri yuk.
Membaca karya Enid Blyton selalu menyenangkan karena penuh dengan aksi dan petualangan. Di buku 'Misteri Pencuri Siluman' pembaca diajak untuk menebak siapa pelakunya. Jika teliti maka mereka bisa tahu karena ada petunjuk di bagian awal buku.
'Misteri Pencuri Siluman' adalah cerita detektif cilik yang mengasah logika. Saat ada kasus jangan panik atau menuduh sembarangan. Namun harus ada bukti dan saksi. Penyelidikan wajib dilakukan sedetail mungkin, kalau perlu juga mewawancarai semua orang yang berkaitan dengan kasus pencurian tersebut.
Akan tetapi ada beberapa kelemahan di buku ini. Pertama, Fatty digambarkan sebagai anak yang cerdas. Namun dia tidak sopan karena memanggil orang dewasa hanya dengan namanya. Ketika dia kesal maka hanya menyebut 'Twit', nama si tukang roti yang tengil. Tidak dengan 'Mister' atau 'Sir'.
Fatty juga sengaja menyuruh Buster, anjingnya, untuk mengerjai Pak Goon. Padahal polisi desa itu sedang menjaga keamanan. Kecerdasan tidak boleh membuatnya sombong dan membenci orang lain, apalagi orang dewasa yang berkepentingan.
Meski ada beberapa kelemahan di buku ini, membuat saya tidak berhenti membaca seri 'Pasukan Mau Tahu' yang lain. Gaya penulisannya agak berbeda dari 'Lima Sekawan' atau buku karya Enid Blyton lainnya. Walau ditulis lebih dari 50 tahun lalu, tetapi karya-karyanya tetap asyik untuk dinikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H