Judul : Spiritualitas yang Mencerahkan
Penulis : Muhammad Julijanto
Penerbit: DEEPUBLISH
Tebal : 7 Halaman
Tahun Terbit : 2015
ISBN: 978-602-280-620-2
SPIRITUAL YANG MENCERAHKAN
Nama: Aesiah Erlianda Dewa
Nim: 212111220_UIN Raden Mas Said Surakarta
Email: aesiaherlianda@gmail.com
Dosen pengampu: Bapak Muhammad Julijanto, S. Ag. m. Ag
Dalam buku ini terdapat Bab yang menjelaskan tentang Spiritual yang mencerahkan, dimana seperti yang telah dikatakan oleh John Naisbit ia adalah seorang futurologi bahwa gejala yang timbul di era yang akan datang adalah menguatnya spiritual. yang muncul karena didalam lingkungan masyarat karena mencapai kemajuan tinggi di bidang ekonomi ataupun dalam segi teknologi. sehingga, membuat masyarakat mengalami tekanan psikologi yang begitu berat.
Masyarakat yang beranggapan bahwa segala sesuatu dapat diukur dengan cara kebendaan, berpartisipasi dan pemilu haruslah ada uang, uang dikategorikan sebagai pelicin sebagai jawaban disetiap urusan. kecendenrugan ini menyebabkan masyarakat untuk mencari kompensi kepada kekuatan lain, seperti halnya kekuatan yang ada diluar dirinya sendiri yang mana dapat memberikan ketenangan dan juga ketentraman jiwa. Aspek spiritual adalah salah satu jalan bagi manusia yang memiliki tekanan yang begitu berat. spiritual yang dimaksud bukan hanya terkait dengan agama, melainkan sesuatu hal yang dapat memberikan ketentraman dan ketenangan didalam jiwanya.
Maraknya berbagai program layanan sebagai sarana penguatan rohani merupakan fenomena yang mana manusia benar-benar membutuhkan kebutuhan spiritual untuk melengkapi kebutuhan rohaninya. terdapat peristiwa salah satunya ialah Satria Piningit Weteng Buwono merupakan salah satu kelompok yang cukup meresahkan bagi kalangan masyarakat sehingga, pembubarannya pun masih memunculkan kelompok lain.
Perlu ditekankan lagi bahwa kepercayaan seseorang dalam beragama merupakan pengakuan penting terhadap tuhannya. Namun, dengan munculnya beberapa fenomena aliran sesat yang masuk dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat yang mengaku sebagai seorang nabi bahkan tuhan adalah hal yang tidak masuk akal. Keyakinan yang disebarkan oleh Wangsit dalam menyebarkan dan mengebangkan sebuah keyakinan diyakini sebagai sebuah Kepercayaan.
Bahkan Indonesia sendiri terdapat berbagai aliran agama atau beberapa pecahan agama yang muncul layaknya serangan bagi neraga indonesia. dari hal ini mengambarkan bahwa sebagian masyarakat telah lelah dengan agama bahkan agama yang telah dipercayainya.
Upaya-upaya langkah dan Peluang
Pertama, Harus adanya keperdulian terhadap kelompok masyarakat marginal, secara ekonomi, politik ataupun dari segi dakwah islamiyah dan agama. Kedua, Meningkatkan Ukhuwah islamiyah yang dapat menyentuh pada persoalan yang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat. Ketiga, Kembali menggunakan sumber ajaran al-qur`an dan hadist. Keempat, dibutuhkannya perseprsi antara masalah teologi dan juga sosial. Kelima, diperluhkan adanya keyakinan bahwa ormas keagamaan yang dianut lebih daripada ormas yang dianut oleh orang lain.
Dalam artikel yang berjudul "Penghayatan Kepercayaan Dianaktirikan" yang dikutip oleh Ifdhal Kasim ketua dari Komnas HAM. Menyimpulkan bahwa sejauh ini penghayatan kepercayaan tidak mendapatkan haknya oleh pemerintah dan orang-orang yag menganut ajaran agama ini. namun, dari pihak mereka mencoba untuk menyelewengkan persoalan ajaran yang mana awalnya sudah ada. hal tersebut yang memicu agama merasa dicampuri.
Kesimpulan
Dari paparan diatas yang mana menejelaskan mengenai Spiritual yang mencemarkan. banyaknya kasus fenomena aliran sesat yang masuk didalam lingkungan masyarakat sehingga, menyebabkan masyarakat merasa binggung dan kurang yakin akan apa yang telah dianutnya atau diikutinya sekarang. Dari maraknya kasus tersebut dapat memberikan kita pemahaman bahwa setiap manusia itu memiliki hak sendiri-sendiri dalam menyimpulkan dan menganut sesuai dengan apa yang ia yakini. dan seharunya kita sebagai masyarakat yang toleransinya tinggi menggunakan sikap tersebut untuk menyikapi fenomena-fenomena yang sedang terjadi ini. cara menyikapinya seperti halnya saling menghargai dan menghormati akan pilihan dan tidak boleh saling lontar-melontarkan keburukan ketika ajaran yang dianutnya berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H