"Maksudnya?"
"Yah, kan semua orang pada bilang aku nggak normal, karena yang lain bisa bicara. kenapa sih setiap kali aku mau bicara, nggak ada suara yang keluar? mereka gimana caranya ya ngeluarin suara gitu setiap kali buka mulut dan ngomong sesuatu?"
"Semua itu udah diatur, dek, ama Tuhan. kamu itu spesial banget, jadi Tuhan mau memberi suatu tanda bahwa kamu itu lain daripada yang lain. mengenai cowok itu, jangan sedih kalo kamu patah hati. Suatu hari nanti kamu akan menemukan seorang lelaki yang benar-benar menerima kamu apa adanya, adikku sayang, dan sampai saat itu tiba, aku akan selalu menemanimu saat kau membutuhkanku di malam yang sepi seperti sekarang ini."
"Kak... bakal ninggalin aku?"
Malaikat itu menoleh ke malam pekat dan menjawab tanpa menatap mataku.
"Suatu hari nanti, waktu kamu sudah lebih besar, kamu akan mengerti... dan kenangan akan pertemuan-pertemuan kita pada saat-saat seperti ini akan menjadi harta masa kecilmu yang sangat berharga."
Aku benar-benar sedih saat itu.
"Kenapa kakak harus pergi?"
"Kakak nggak pergi ninggalin kamu, tapi kamu yang akan sibuk dengan segala aktifitas dan hidupmu sendiri, tapi percayalah kelak saat kamu sudah amaat sangat besar dan lelah terhadap kejenuhan hidup, kamu akan duduk mengenang dan saat itu kita akan bertemu lagi. sampai saat itu tiba, teruslah berjuang dengan hidupmu yah? sudah malam, kamu tidur ya."
Aku hanya mengangguk.
"Besok ketemu lagi, kan?"