Mohon tunggu...
Aerha Hakeem
Aerha Hakeem Mohon Tunggu... lainnya -

Mengumpulkan serpihan mutiara ||Site: www.alislam.org; www.mta.tv|| ||Email: aerhajamai@gmail.com|| ||Twitter: @arshaorabu||

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuhan

21 September 2015   10:50 Diperbarui: 20 Juli 2017   09:15 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keberhasilan seseorang untuk mendapatkan derajat tertinggi dalam kerohanian, bukan hanya menunjukkan kemampuan kerohanian orang tersebut melainkan lebih dari itu, menunjukkan kemampuan ajaran yang diikutinya itu membawa pengikutnya sampai ke derajat yang tertinggi. Tanpa kekuatan dan kemampuan yang dikandung ajaran itu, tidak mungkin orang atau pengikutnya dapat mencapai derajat tersebut. Oleh karena itu, jika ada orang yang berkeberatan terhadap orang yang telah mencapai derajat tersebut, sama halnya dia berkeberatan terhadap kemampuan dan kesempurnaan ajaran itu.

Maka sikap orang seperti itu menunjukkan bahwa dia tidak mampu atau tidak berhasrat mencapai derajat kerohanian yang bisa mencicipi kelezatan rohaniah seperti itu. Itulah sebabnya, orang-orang suci masa lampau tidak mengingkari akan hal ketika mereka juga bercakap-cakap dengan Tuhan, yang merupakan kelezatan rohaniah, dan kemudian ditulis dalam kitab-kitab pengalaman mereka.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan mulai bergelut dengan era global, manusia mulai menciptakan sendiri imajinasi dan pemahaman mereka sendiri. Tidak sedikit dari mereka mulai menciptakan dasar ilmu dengan mengacuhkan sumber dari ilmu itu sendiri. Ilmu inilah yang mulai dikembangkan dan disebarkan mengatas-namakan ajaran murni sebuah ajaran. Orang-orang seperti inilah yang pada kenyataannya telah berhasil menciptakan tuhan baru bagi ajaran itu dan berusaha menyembunyikan Tuhan yang sesungguhnya.

Degradasi yang terjadi terhadap cara berfikir ini pun menjadi acuan bagi kelompok radikal untuk menciptakan ketakutan-ketakutan dan keresahan dalam hati orang-orang lainnya. Begitulah cara mereka menanamkan kemunafikan dalam hati masyarakat, sehingga masyarakat yang memiliki hati yang kecut akan terpaksa mengikuti mereka untuk menghindari ancaman yang diciptakan kelompok tersebut. Tak bisa dielakkan lagi bahwa setiap keyakinan, penganutnya pasti ada yang pro dan kontra, yang nantinya salah satunya akan menciptakan kelompok radikal yang mengatas-namakan keyakinannya untuk melegalkan kekerasan, dengan tujuan membela tuhan.

Membela Tuhan?? Serius?? Dibela dari apa?? Tinggal mengucapkan, apa yang harus binasa pasti akan binasa, itulah Tuhan yang sesungguhnya. Apa yang akan terjadi pada alam semesta ini kalau saja manusia yang hanya sebesar butiran pasir di pantai harus membela tuhan, dan tuhan pun terpaksa harus sembunyi di balik selimutnya. Itulah tuhan yang dibuat oleh mereka yang memiliki kepentingan terselubung. Orang-orang seperti inilah yang perlu diwaspadai, karena mereka yang akan menjadikan anak-anak menjadi yatim piatu, para istri menjadi janda, orang-orang menjadi terlantar karena diusir dari rumah mereka sendiri atau rumah mereka dibumi-hanguskan.

Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan sesungguhnya di antara makhluk-makhluk lainnya. Tuhan menganugerahkan akal yang digunakan untuk dapat membedakan yang baik dan buruk, yang bermanfaat dan sia-sia. Maka gunakanlah anugerah terindah itu. Tuhan memberikan kepada manusia pilihan dan kebebasan. Bebas memilih apa yang akan mereka lakukan, memilih yang baik atau yang buruk, yang bermanfaat atau yang sia-sia? Mereka memiliki akal untuk menentukannya. Akal yang sehat pasti bekerja denga baik untuk memilih yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain. Tujuan manusia adalah untuk mencapai kedamaian sejati sebagai rahmat dari Tuhan yang disampaikan melalui orang-orang suci yang dikehendaki oleh-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun