Mohon tunggu...
AeRain Nisa
AeRain Nisa Mohon Tunggu... -

just ordinary girl ... :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panggil Aku Aisyah

12 Juli 2011   13:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:44 4341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberuntungan datang ketika memanfaatkan kesempatan yang ada dan melakukan usaha yang keras. Hatchiiiimmmm! Dingin sekali udara pagi ini. Tak seperti biasanya, kamar bernuansa soft blue berukuran 4 x 3 meter itu sudah terang benderang. Mimpi yang menyita sedikit pikirannya cukup bersumbangsih dalam telatnya Icha hari ini. Pukul 06.00 WIB. Icha langsung saja melanjutkan aktifitasnya dan menyimpan sedikit ketegunannya. Lima belas menit lagi harusnya Icha sudah duduk rapi di bus antar daerah itu. Sebuah cermin belum bisa berpaling dari gadis yang sedang asyik-asyiknya mengatur letak dan padu padannya kemeja kotak-kotak dan jeans abu-abunya. Tiba-tiba terdengar suara mengetuk pintu. Seorang wanita berdaster corak batik coklat masuk kekamar tanpa permisi. “Cha, buruan ntar telat!” “Uhh! Be simply!” tanpa menggubris perintah sang bunda Icha langsung cipika-cipiki, sujud tangan, dan pamit dengan kata-kata “pergi dulu yah Bun!” Akhirnya setelah dua puluh menitan menata kerudung polosnya, Icha merasa cukup pede dan tampak stylish dengan kemeja blue saphirenya. What ? Kerudung ? Pemandangan yang cukup aneh bagi Icha. Walaupun, ada istilah Jum’at Agung –ini sebutan dari ChibiClub untuk tradisi berbusana muslim-muslimah setiap jum’atnya- di SMKnya dulu, tapi Icha paling repot sendiri kalo harus pake kain segi empat, jarum pentul dan kawan-kawan. Wajar saja, Icha yang juga member ChibiClub yang gaul ini awalnya agak sulit menerima kerudung sebagai suatu tradisi. Namun, jika tidak dituruti itu artinya membunuh masa depannya sendiri. Cewek bermata sipit ini sudah terlanjur ngebet banget pangen jadi apoteker sejak kelas VIII SMP. Untungnya, kota Malang punya sekolah yang cocok banget buat cita-cita Icha. SMK Farmasi Malang menjadi tambatan hatinyanya setelah membawa kelulusan terbaik kedua di SMP Nusantara tahun 2005 lalu. * Pergi sendirian menjadi pilihan Icha menuju kampus cadangan. Yah, sembari menunggu pengumuman SNMPTN yang membuat Icha cukup ragu, dia memutuskan untuk mengikuti saran Tante Naz yang jadi salah satu dosen di universitas swasta bergengsi di negeri apelnya indonesia. Kampus putih. Itu saja referensinya. Selebihnya, Icha sungguh tak peduli. Masih lekat di otakknya seperti tulisan yang besar di dinding kamarnya “FARMASI UNAIR, BISA CHA ! J”. Terminal ini sebenarnya sudah cukup akrab dengan Icha. Padatnya, sumpeknya, kejamnya benar-benar sudah mengajari Icha dari A sampai Z. Namun, apa kabar dengan Universitas Muhammadiyah Malang ? Asli, Icha buta sekali dengan kampus elegan itu. Jangankan berkunjung kesana atau nebeng buat ngeceng, lihat kampusnya aja baru di brosur gini. Salah sendiri juga menolak tawaran Tante Naz sabtu kemarin yang mengajaknya tinggal dirumah tak jauh dari kampus. Akhirnya, Icha berpasrah pada takdir yang akan membawanya. Loh ? aneh ! hheheh * Di bis... Tampak kosong. Hanya ada beberapa orang dengan kesibukan masing-masing. Lima orang ibu-ibu dengan setelan kerja, seorang bapak dan anak lelakinya duduk manis persis dibelakang sopir. Icha masih mencari-cari tempat yang cukup nyaman. Dan, berjarak dua bangku kebelakang pak sopir dipilih Icha. Sengaja Icha mengambil tempat duduk dekat jendela untuk mengatasi ketidaktahuannya tentang UMM. Butuh lima belasan menitan menunggu para penumpang lainnya naik ke bis. Semula tempat duduk di samping Icha masih nyaman dengan kesendiriannya. Tiba-tiba seorang pria gondrong mendekatinya dan mendaratkan badannya dibangku sebelah Icha yang memang masih kosong. Dia hanya tersenyum sebagai tanda permisinya. Ipod dan sebuah buku berukuran kecil menemani kebisuannya. Entahlah musik apa yang didengarnya. Pasti jenis rock atau punk menjadi list utama. Sudahlah. Icha tak mau terlalu pusing dengan aktifitas pria ini. Brosur UMM lengkap dengan tulisan ‘Aisyah Rainifa’ di sudut kanan atas sebagai identitas yang diberikan oleh Tante Naz agar brosurnya tidak tertukar dengan orang lain masih sangat mendominasi konsentrasi Icha, sehingga suara-suara lembut menyapanya pun sedikit terabaikan. Icha sempat menghentikan pandangannya ketika sebuah snack terulur dari tangan yang kekar. Sedikit keheranan. Lalu, Icha memamerkan lesung pipi sebelahnya yang tanpa dipaksa pun akan muncul jika dia sedang tersenyum. “Oh, makasih. Maaf saya kurang suka vanilla.” Icha menolak halus pemberian pria itu. “Oh, yasudah saya simpan lagi deh” *pending 1* iklan dulu nih, coz Icha lagi mau menggerutu dalam hati... (Aduh. Bentar, Gue gak salah denger kan ? ini cowok langka deh. Masak rambut gondrong gini suaranya kayak afgan gitu. Tuhh kan ngaco guenya. Lembut banget nih suara. Hadehh...penampilan emang bisa nipu deh ! don’t judge book by the cover. Okeh, sepertinya orang ini aman. Let’s talk with him.) “Mau kemana, ehm M..a..s ?” Icha belum tahu namanya. “Kenalin, saya Danni. Setujuan sama ....” langsung dijawab Icha dengan mengucapkan nama dan mencoba mengulurkan tangan. Tapi, Danni hanya menelungkupkan kedua tangannya di dadanya. Icha cukup paham dengan tradisi ini. Referensi semester awal kuliahnya dulu. Danni melanjutkan percakapan yang semapat terputus. “Yah, Aisyah. Bedanya, saya sudah resmi disana.”Dahi Icha berkerut menunjukkan keheranannya. Apa ini yang namanya Indigo. Dia tahu nama depan Icha, bahkan tujuan Icha. “Hhehe. Danni anak UMM juga yah ? Jurusan apa ?” Icha mencoba mengakrabkan diri sekaligus mencari bantuan menuju UMM. Dasarr! Sepertinya buku dan ipodnya sudah tidak menemani pria misterius ini lagi. Entah sejak kapan, Icha tak terlalu mengamatinya. “Iya, Elektro 2008. Masuk Farmasi itu agak susah loh. UMM aja banyak peminatnya.” Icha makin heran dengan omongan pria ini dengan segala ketahuannya ini. “Iya, tapi apa salahnya mencoba.” Icha lanjut Icha tersenyum nyinyir. “Saya setuju. Icha ikut SNMPTN ?” Perjalanan terasa semakin menyegarkan dengan obrolan ini. “Sebenarnya saya udah dapet Elektro UNAIR tapi, masih mau nyoba Farmasi.” Icha mulai bercerita dengan statusnya dalam SNMPTN tahun ini. Alumni. “Oh. Kenapa masih mau nyoba swasta ?” kini Danni yang gantian heran. “Elektro kurang cocok sama saya.” Lagi-lagi keduanya tersenyum bersama. “Jiwa pelayanan masyarakat kamu emang kuat di Medis. Tapi kan kalo masuk UMM wajib kerudung loh.” Danni menunjukkan salah satu foto mahasiswi di brosur itu. *pending 2* (Kayak iklan aja ni cowok. Kamu gak cocok di darat. Kamu cocoknya di laut. Hadehhh :o. Icha mulai bingung lagi. Kenapa Danni langsung menuju kerudung. Jelas-jelas Gue pake kerudung. Yah walaupun cuma untuk tes dan sesekali pas ikut mata kuliah agama di kampus. Itu juga gak mau ribet sama dosennya. Atau emang dandanan jilbabku yang tidak rapi membuat Danni berpikir kalo Gue cuma jilbaber jadi-jadian. Hadeehhh.) “Icha jilbaber ?” Tanya Danni. “Sementara ini. Mudah-mudahan saya bisa serius.” Icha tertegun. Dia kembali teringat mimpinya pagi tadi. Sebuah ajakan halus menuju perubahan. “Aamiin! Saya ikut mendo’akan. Selagi masih ada umur, yah sebagai rasa terima kasih sama Tuhan. Menjaga lebih susah daripada mencipta.” Icha kembali merenungi kata-kata dari Danni, mengaitkannya dengan mimpi penuh makna pagi tadi dan menatapi walpaper hapenya yang bertulisan “FARMASI UNAIR, BISA” sejak dua tahun yang lalu. Lalu, percakapan singkat itu membuat suasana hati Icha semakin tak menentu. Memaki dirinya sendiri. *pending 3* (Icha. Lo ini gak tahu terima kasih banget sih. Disaat yang lain berharap sesuatu yang mereka pengen, lo malah mudah banget ngelepasnya. I don’t care. Pokoknya FARMASI UNAIR :D) Soal mimpi ? entah mengapa semalam sebelum kepergiannya ke UMM, ada seorang pria tua yang mencegah Icha berangkat untuk esok harinya kecuali jika ia akan mengenakan kerudung. Suasana kampus yang akan dituju juga lebih mirip UNAIR. Persis sekali. Tempat Icha biasanya menghabisi rintik gerimis, membidik objek-objek indah dengan Canon tersayangnya, dan yang membuat Icha menganggap itu bukan mimpi adalah ada sebuah tulisan FARMASI UNAIR. Jelas, ini hanya khayalan sebelum tidur yang terbawa mimpi. Tapi, entahlah. Sepertinya ini rahasia dibalik rahasia. Termasuk perjalananannya kali ini. * Lima belas menit sebelum hidayah itu. Danni yang sudah kembali pada ipod dan earphonenya cukup membuat Icha terusik. Memulailah dia pada kebiasaan lama. Menguping. Lantunan dari benda berwarna silver itu seperti tak sesuai harapan. Tebakan Icha : Rock, Punk, Pop seratus persen salah. Sungguh begitu lembut lebih dari alunan My Confession Afgan yang selalu menemani list sebelum tidur Icha. Lebih ceria dari Vanilla Twilightnya Owl City. “Ini murotal namanya. Kalo mau denger ngomong aja Aisyah!” Tiba-tiba Danni mengejutkan aksi nguping Icha. Icha tersenyum malu dan tidak ingin mengabaikan tawaran ini. Ternyata ini lebih indah. “Maaf, saya kira tadi Avenged Sevenfold gitu.” “Oh, kalo yang gituan biasanya sore-sore. Ini sekalian ngapal buat setoran minggu ini.” Danni hanya tersenyum kecil menanggapi sikap tersipu Icha. “Maaf yah, saya lebih suka dengan Aisyah.” Lanjutnya. “Hhehe.. iya gak apa-apa. Tapi, kamu kok tau namaku?” Icha kebingungan. “Here is.” Danni menunjukkan nama pojok kanan atas di brosur milik Icha. “Oh, iya yah. Hhehe..” Angin lalu lalang dengan sejuknya. Memaksa Aisyah membiarkan jendela didekatnya terbuka. Sama halnya dengan hati Icha yang mulai menerima suara hati kecilnya. Nuraninya yang ingin perubahan. Perjalananan yang sungguh bermakna. Semakin mantap Icha mengikrarkan niatnya setelah membaca slogan baju Danni sewaktu berpamitan tadi. “Sudahkah engkau menjaga dirimu dengan Hijab, Bidadari ?”. Inilah awal dari akhir yang indah. * Pengumuman... Senin sangat identik dengan kesibukan dan ketegangan. Ada juga yang bilang i like Monday. Sebuah plesetan atau ejekan? Entahlah. Dua mingguan ini Icha dan sebagian teman-teman sudah mengikuti tes SNMPTN. Hari ini adalah hasilnya. Siap-siap menerima kata-kata “Selamat” atau “Maaf”. Suasana yang sama pernah dialami oleh Icha. Bedanya sekarang dia sudah pernah ada pengalaman tentang hati. “Selamat” untuk yang kedua dan “Maaf” untuk yang jadi prioritas utama. Untuk tahun ini, Icha tak bisa membuka pengumuman seperti tahun lalu. Ada sebuah liburan khusus yang diberikan Bundanya sebagai hadiah hijrahnya Icha. Bogor. Tempat yang jadi tujuan utama Icha untuk mengabadikan gerimis favoritnya sejak lama. “Cha, gimana tempatnya ? kamu suka ?” Bunda menghampiri Icha yang sedang asyik-asyiknya memotret rerintik sore itu. “Bunda. Iya Bun, suka bangeettt. Makasih ya Bun!” Icha mencium pipi kanan Bunda. “Iya sayang. Bunda seneng banget sekarang kamu udah sama kayak Bunda, pake ini. dijaga terus yah.” Bunda menjinjit kain polos yang kini menjadi identitas Icha sejak kepulangannya dari Malang beberapa hari yang lalu. “Insya’ Allah Bun! Icha juga udah gak malu kalo dipanggil Aisyah lagi.” Icha menatapi wajah haru Bunda yang menyerupai langit sore itu. Gerimis. Dulu, semasa SMA Icha paling anti dengan nama depannya. Terlalu religi pikirnya kala itu. * The stars lean down to kiss you And I lie awake and miss you Pour me a heavy dose of atmosphere 'Cause I'll doze off safe and soundly But I'll miss your arms around me I'd send a postcard to you, dear 'Cause I wish you were here Nada pengingat pesan Sony K300i butut milik Icha berdering. Terus berulang samapi hampir lima kalian. Icha langsung meraih handphonenya dan langsung membuka satu-persatu pesan yang masuk. Salah satu yang membuat Icha tersenyum dan tersungkur dalam sujudnya sore itu. Renee Elektro ‘08 Kamu jahat banget si Dear :( Good bye my classmate :"(tinggalin elektro dan pindahlah ke Farmasi impianmu sayangg ^_^ selamat yah untuk penantian panjangmu, miss u so :* Kesuksesan adalah ketika anda berhasil mewujudkan apa yang anda impikan sewaktu kecil#pepatah Baru saja melalui Twitter aisyah_rainifah on Twitter

end

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun