BRASIL, gagal total. Begitulah kira-kira nasib yang dialami negara peraih lima kali Piala Dunia itu. Tampil dihadapan pendukungnya, Brasil tak berkutik menahan gempuran Tim Panser Jerman dan Tim Oranye Belanda pada babak semifinal dan perebutan tempat ketiga.
Pada pertandingan perempat final, penampilan Brasil juga tidak terlalu bagus. Tim bertabur bintang itu harus bersusah payah menyingkirkan Kolumbia. Begitupun saat Brasil bersua Cile pada babak enam belas besar.
Itulah sepak bola. Banyak faktor yang memengaruhi kemenangan, bisa teknis maupun nonteknis. Bisa jadi, kegagalan Brasil pada Piala Dunia di kampung halamannya itu, akibat dua faktor itu. Secara teknis, bisa jadi pelatih Brasil Scolari kurang tepat dalam menggunakan strateginya. Memang, saat kalah dari Jerman di semifinal, Brasil kehilangan bintangnya Neymar dan Thiago Silva.
Namun, jika pelatih mampu meramu strategi dengan tepat, ketiadaan Neymar dan Silva seyogyanya tidak terlalu berpengaruh. Bukan kah pengganti Silva dalam diri Dante cukup sepadan kemampuannya. Apalagi, selama ini Dante menjadi tulang punggung Bayern Munchen di lini belakang. Begitupun ketiadaan Neymar, seharusnya bisa sedikit tergantikan Oscar dan Willian.
Sementara, faktor nonteknis juga bisa memengaruhi Brasil. Tekanan harus menjadi juara di rumahnya sendiri, bisa jadi memengaruhi permainan pemain. Belum lagi, jelang Piala Dunia, aksi protes dari masyarakat yang menolak Piala Dunia terus menghiasi persiapan Brasil.
Brasil juga seperti kehilangan ruh permainan yang biasa dimainkan pada masa keemasannya. Permainan dari kaki ke kaki, yang menjadi ciri khas Brasil dalam beberapa dekade terakhir ini, seperti tidak terlihat. Apakah karena sebagian besar pemain nasional Brasil bermain di Eropa? Entahlah.
Nah, untuk mengisi kekosongan kursi pelatih yang ditinggalkan Scolari, CBF perlu memilih pelatih yang memiliki karakter seperti tipikal pemain Brasil. Induk sepak bola Brasil memang sudah melirik Pallegrini sebagai suksesor Scolari, tetapi ditolak. Padahal, Pallegrini dinilai cocok melatih Neymar dan kawan-kawan.
Nama yang harus dipertimbangkan adalah Pep Guardiola. Siapa pun tahu, Pep memiliki gaya kepelatihan yang khas. Strategi yang biasa digunakan Pep saya kira cukup pas jika digunakan saat melatih Brasil.
Apalagi, tempo hari Pep pernah mengungkapkan keinginannya melatih Brasil suatu saat nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H