pendidikan yang dinamis, guru yang tidak mau mengembangkan diri menjadi kreatif dan inovatif menghadapi risiko besar, baik untuk diri mereka sendiri maupun siswa yang mereka ajar. Ketidakmauan ini dapat menyebabkan pembelajaran yang membosankan, tidak relevan, dan gagal menjawab tantangan abad ke-21. Sebuah studi menunjukkan bahwa metode pengajaran yang monoton membuat siswa kehilangan minat belajar dan keterlibatan mereka menurun secara signifikan (Anderson, 2020). Oleh karena itu, kreativitas dan inovasi bukan hanya pilihan, tetapi keharusan bagi seorang pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar yang relevan dan menarik.
Dalam eraGuru yang tidak berinovasi dalam metode pengajaran juga berisiko kehilangan relevansi dalam sistem pendidikan modern. Teknologi terus berkembang, dan pendekatan tradisional yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan digital siswa akan menyebabkan kesenjangan antara pembelajaran di kelas dan dunia nyata. Penelitian oleh Hargreaves (2019) menunjukkan bahwa guru yang tidak mampu mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran cenderung membuat siswa merasa pembelajaran tidak kontekstual dengan kehidupan mereka. Akibatnya, siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar.
Selain itu, guru yang tidak mengembangkan kreativitas dan inovasi dapat terjebak dalam rutinitas yang monoton, yang berdampak buruk pada motivasi kerja mereka. Burnout atau kejenuhan kerja seringkali muncul karena kurangnya tantangan dan kebaruan dalam proses mengajar (Maslach & Leiter, 2016). Dalam bukunya, Andy Endra Krisna (2023) menegaskan bahwa guru yang kreatif memiliki energi lebih untuk menciptakan suasana belajar yang dinamis dan bermakna, sehingga mereka terhindar dari kejenuhan.
Dampak negatif lainnya adalah siswa kehilangan teladan yang inspiratif. Guru memiliki peran penting sebagai agen perubahan dalam pendidikan. Ketika seorang guru tidak menunjukkan kemampuan untuk berpikir kreatif atau menghadirkan solusi inovatif, siswa tidak akan merasa termotivasi untuk mengembangkan potensi kreatif mereka sendiri (Craft, 2005). Dengan demikian, guru yang tidak berkembang secara langsung memengaruhi perkembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.
Ketidakmauan untuk berubah juga membuat guru berisiko tidak mampu bersaing di era pendidikan yang semakin kompetitif. Dalam sistem yang terus mendorong profesionalisme melalui evaluasi kinerja, guru yang stagnan akan dianggap tidak kompeten (Hattie, 2012). Hal ini tidak hanya memengaruhi karier mereka tetapi juga reputasi mereka di mata siswa, orang tua, dan rekan kerja.
Secara lebih luas, kurangnya inovasi dari guru dapat menghambat kemajuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan abad ke-21 membutuhkan pendekatan yang dapat menjawab tantangan global, seperti keterampilan digital, kolaborasi, dan berpikir kritis (Fullan, 2013). Jika banyak guru menolak berinovasi, sistem pendidikan akan kesulitan menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, sehingga tujuan pendidikan tidak tercapai secara optimal.
Oleh karena itu, menjadi kreatif dan inovatif bukan hanya keharusan untuk keberhasilan siswa, tetapi juga untuk kelangsungan profesi guru itu sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Robinson (2011), kreativitas adalah inti dari pendidikan, dan guru harus memimpin upaya ini. Guru yang kreatif tidak hanya menginspirasi siswa tetapi juga memperkuat posisi mereka sebagai pemimpin pembelajaran di era modern.
Dengan demikian, sangat penting bagi setiap guru untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam mengajar. Melalui upaya ini, guru tidak hanya menciptakan pembelajaran yang relevan dan menarik tetapi juga memastikan bahwa mereka tetap menjadi agen perubahan yang relevan di dunia pendidikan.
Daftar Pustaka
- Anderson, L. W. (2020). Active learning in the 21st-century classroom. London: Routledge.
- Craft, A. (2005). Creativity in schools: Tensions and dilemmas. London: Routledge.
- Fullan, M. (2013). The new meaning of educational change. New York: Teachers College Press.
- Hargreaves, A. (2019). Sustainable leadership. San Francisco: Jossey-Bass.
- Hattie, J. (2012). Visible learning for teachers: Maximizing impact on learning. London: Routledge.
- Krisna, A. E. (2023). Transformasi pendidikan: Panduan guru untuk berinovasi dan berkreasi. Jakarta: Kompasiana Books.
- Maslach, C., & Leiter, M. P. (2016). Burnout at work: Causes and solutions. Annual Review of Organizational Psychology and Organizational Behavior, 1(3), 397--421.
- Robinson, K. (2011). Out of our minds: Learning to be creative. Oxford: Capstone.
- Sawyer, R. K. (2014). The Cambridge handbook of the learning sciences. Cambridge: Cambridge University Press.
- Zhao, Y. (2012). World class learners: Educating creative and entrepreneurial students. Thousand Oaks: Corwin Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI