desa wisata di Indonesia telah menjadi salah satu strategi utama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan mempromosikan keindahan alam serta budaya yang beragam. Namun, pengelolaan desa wisata sering kali menghadapi tantangan keberlanjutan lingkungan akibat tekanan pariwisata massal (UNWTO, 2021). Konsep green economy, yang mengutamakan efisiensi sumber daya dan pengurangan dampak lingkungan, menawarkan kerangka kerja yang relevan untuk mendukung pengelolaan desa wisata secara berkelanjutan (United Nations Environment Programme [UNEP], 2011). Oleh karena itu, integrasi green economy dalam manajemen desa wisata dapat menjadi langkah strategis dalam mencapai pembangunan yang inklusif dan ramah lingkungan.
PengembanganGreen economy mendorong pengelolaan sumber daya yang efisien dan keberlanjutan, yang relevan dalam konteks desa wisata yang sering bergantung pada sumber daya alam dan budaya lokal (Jackson et al., 2020). Implementasi praktik-praktik green economy, seperti penggunaan energi terbarukan dan pengelolaan limbah berbasis komunitas, dapat meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan (Hughes & Scheyvens, 2016). Selain itu, pendekatan ini memberikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi masyarakat lokal melalui diversifikasi sumber pendapatan dan peningkatan nilai tambah produk wisata (Sharpley, 2021). Dengan demikian, konsep green economy mampu mengintegrasikan kepentingan lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Indonesia telah memulai program penguatan manajemen desa wisata melalui pelatihan dan pendampingan masyarakat lokal (Kemenparekraf, 2023). Strategi ini melibatkan pengembangan kemampuan manajerial, pemasaran digital, dan pengelolaan wisata berkelanjutan. Misalnya, pelatihan pengelolaan energi terbarukan dan penggunaan teknologi ramah lingkungan dapat menjadi bagian integral dari manajemen desa wisata (UNEP, 2022). Selain itu, penguatan manajemen juga mencakup pengelolaan limbah organik menjadi produk bernilai ekonomi, seperti kompos untuk agrowisata (Hall & Page, 2020). Dengan demikian, program ini sejalan dengan tujuan green economy.
Desa wisata yang menerapkan prinsip green economy memiliki peluang besar untuk mendukung pariwisata berkelanjutan. Hal ini tercermin dalam pendekatan berbasis komunitas yang mendorong partisipasi aktif masyarakat lokal dalam pengelolaan destinasi wisata (Scheyvens, 1999). Selain itu, green economy memungkinkan desa wisata untuk memenuhi permintaan wisatawan modern yang semakin mencari destinasi ramah lingkungan (Gssling et al., 2019). Penelitian menunjukkan bahwa wisatawan cenderung mengapresiasi destinasi yang mengutamakan konservasi lingkungan dan budaya, yang pada gilirannya meningkatkan loyalitas wisatawan dan pendapatan jangka panjang (UNWTO, 2021).
Implementasi green economy dapat diwujudkan melalui berbagai inisiatif, seperti pengembangan infrastruktur ramah lingkungan dan diversifikasi produk wisata berbasis alam (Timothy & Boyd, 2015). Contoh nyata adalah desa wisata di Samosir, yang mengembangkan program agrowisata organik dan aktivitas edukasi konservasi alam (Kemenparekraf, 2023). Selain itu, penggunaan transportasi rendah emisi, seperti sepeda listrik dan kendaraan berbasis energi terbarukan, dapat mengurangi jejak karbon wisatawan (Hall & Gssling, 2021). Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya meningkatkan daya tarik destinasi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekosistem lokal.
Meski demikian, implementasi green economy di desa wisata tidak lepas dari tantangan, seperti kurangnya pendanaan, keterbatasan pengetahuan teknis, dan resistensi terhadap perubahan (Scheyvens & Biddulph, 2018). Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas lokal dalam menyediakan pendanaan dan pelatihan teknis. Selain itu, pendekatan berbasis inklusi sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat lokal tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan (Jackson et al., 2020). Dengan demikian, solusi yang komprehensif dapat mendukung keberhasilan implementasi green economy.
Penguatan manajemen usaha desa wisata melalui integrasi konsep green economy dapat menjadi strategi efektif dalam menciptakan pariwisata berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya mendukung pelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan daya saing destinasi wisata. Oleh karena itu, kolaborasi berbagai pihak diperlukan untuk memastikan keberhasilan implementasi green economy di desa wisata.
Daftar Pustaka
Hall, C. M., & Gssling, S. (2021). Sustainable tourism: A global perspective. Routledge.
Hall, C. M., & Page, S. J. (2020). The geography of tourism and recreation: Environment, place, and space. Routledge.
Hughes, E., & Scheyvens, R. (2016). Community-based tourism and green economy. Tourism Geographies, 18(3), 290-305.