Mohon tunggu...
AE Krisna
AE Krisna Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Pemerhati ilmu manajemen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manajemen Krisis: Menakar Perencanaan Krisis untuk Resiliensi Kota dalam Menghadapi Bencana Alam

15 Januari 2025   16:05 Diperbarui: 15 Januari 2025   16:05 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Google.com/search)

Bencana alam terus menjadi ancaman serius bagi kota-kota di seluruh dunia, khususnya di kawasan dengan populasi yang padat dan infrastruktur yang kompleks. Dalam konteks ini, perencanaan krisis menjadi pilar utama dalam membangun resiliensi kota terhadap berbagai risiko bencana. Penelitian oleh Cutter et al. (2008) menunjukkan bahwa resiliensi kota dapat dicapai melalui kombinasi pengurangan risiko bencana, adaptasi struktural, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Pengetahuan ini menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan strategi yang efektif dan berkelanjutan dalam menangani ancaman tersebut.

Namun, upaya perencanaan sering kali terhambat oleh kurangnya koordinasi antara pemangku kepentingan. Studi dari Tierney (2012) mengungkapkan bahwa koordinasi antar-lembaga menjadi faktor kunci keberhasilan dalam manajemen bencana. Ketika tanggung jawab terfragmentasi, respons terhadap bencana menjadi tidak efisien dan sering kali berujung pada peningkatan kerugian materiil dan korban jiwa. Oleh karena itu, integrasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil perlu diprioritaskan dalam tahap perencanaan krisis untuk menciptakan kerangka kerja yang terpadu.

Lebih lanjut, penggunaan teknologi modern dapat menjadi game-changer dalam upaya mitigasi bencana. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al. (2020), teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) memiliki potensi besar dalam mendeteksi potensi ancaman secara dini dan menyediakan data real-time untuk pengambilan keputusan yang cepat. Dengan demikian, investasi dalam teknologi ini tidak hanya membantu dalam memitigasi risiko tetapi juga meningkatkan kecepatan dan efisiensi respons terhadap bencana.

Di sisi lain, kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan krisis sering kali diabaikan. Penelitian oleh Paton (2007) menunjukkan bahwa edukasi publik yang konsisten dan berbasis komunitas dapat meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Ketika warga memiliki pemahaman yang baik tentang risiko dan prosedur darurat, mereka cenderung mampu bertindak lebih cepat dan tepat dalam situasi kritis. Hal ini juga memperkuat hubungan antara pemerintah dan masyarakat sebagai mitra dalam membangun resiliensi.

Akhirnya, evaluasi keberhasilan dari perencanaan krisis juga perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitas strategi yang telah diterapkan. Indikator seperti waktu respons, tingkat kerugian, dan kepuasan masyarakat dapat digunakan untuk menilai apakah perencanaan tersebut telah berjalan sesuai harapan. Kajian oleh Boin et al. (2016) menegaskan bahwa evaluasi semacam ini tidak hanya memberikan umpan balik untuk perbaikan, tetapi juga memastikan bahwa upaya mitigasi bencana tetap relevan dengan dinamika yang terus berubah.

Dengan demikian, perencanaan krisis yang komprehensif dan berbasis data bukan hanya kebutuhan, tetapi juga tanggung jawab bersama. Sebagaimana yang ditekankan oleh berbagai penelitian, kombinasi antara teknologi, edukasi publik, dan koordinasi antar-lembaga adalah kunci dalam menciptakan kota-kota yang tangguh terhadap bencana alam. Dalam menghadapi ancaman yang semakin kompleks, investasi dalam perencanaan ini adalah langkah awal menuju masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka

  1. Boin, A., Kuipers, S., & Overdijk, W. (2016). "Leadership in Times of Crisis: A Framework for Assessment." International Review of Administrative Sciences, 82(2), 199--216. https://doi.org/10.1177/0020852315576705

  2. Cutter, S. L., Burton, C. G., & Emrich, C. T. (2008). "Disaster Resilience Indicators for Benchmarking Baseline Conditions." Journal of Homeland Security and Emergency Management, 5(1), 1--22. https://doi.org/10.2202/1547-7355.1732

  3. Paton, D. (2007). "Preparing for Natural Hazards: The Role of Community Trust." Disaster Prevention and Management: An International Journal, 16(3), 370--379. https://doi.org/10.1108/09653560710758323

  4. Tierney, K. (2012). "Disaster Governance: Social, Political, and Economic Dimensions." Annual Review of Environment and Resources, 37, 341--363. https://doi.org/10.1146/annurev-environ-020911-095618

  5. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun