Mohon tunggu...
AE Krisna
AE Krisna Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Pemerhati ilmu manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tragedi Bus Rem Blong: Refleksi Keselamatan Transportasi Wisata di Indonesia

9 Januari 2025   12:30 Diperbarui: 9 Januari 2025   11:24 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecelakaan maut bus pariwisata di Kota Batu, Malang, yang menelan empat korban jiwa dan melukai sebelas lainnya adalah sebuah tragedi yang seharusnya menjadi peringatan keras bagi semua pihak. Dugaan rem blong pada bus ini tidak hanya menggambarkan kegagalan teknis, tetapi juga menunjukkan celah besar dalam pengelolaan keselamatan transportasi pariwisata di Indonesia.

Transportasi wisata adalah tulang punggung industri pariwisata yang melibatkan ribuan orang setiap hari. Sayangnya, sering kali kita melihat kurangnya perhatian terhadap aspek keselamatan. Kasus ini memperlihatkan lemahnya pengawasan terhadap kelayakan kendaraan. Menurut data dari Kementerian Perhubungan, kecelakaan yang melibatkan kendaraan besar seperti bus sering kali berkaitan dengan kurangnya inspeksi teknis rutin. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendalam: apakah perusahaan transportasi benar-benar memprioritaskan keselamatan penumpang?

Di sisi lain, infrastruktur jalan juga memegang peranan penting. Jalan menurun seperti di Kota Batu memerlukan perhatian khusus dalam desain dan pemeliharaan. Pemasangan rambu, jalur darurat untuk kendaraan yang remnya gagal, serta peningkatan pengawasan di titik-titik rawan seharusnya menjadi prioritas pemerintah daerah. Pengelolaan risiko pada jalur-jalur dengan potensi bahaya tinggi adalah bagian dari tanggung jawab kolektif yang tidak boleh diabaikan.

Namun, kesalahan tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada teknis dan infrastruktur. Perusahaan transportasi dan operator juga harus bertanggung jawab untuk memastikan pengemudi yang mereka pekerjakan memiliki keterampilan dan kesiapan dalam menghadapi kondisi darurat. Pelatihan berkala, pemantauan jam kerja pengemudi, dan penegakan aturan berkendara yang ketat merupakan elemen yang tak kalah penting.

Kasus ini harus menjadi momentum bagi pemerintah, industri, dan masyarakat untuk bersama-sama memperbaiki sistem keselamatan transportasi wisata. Tidak boleh ada lagi nyawa melayang akibat kelalaian yang sebenarnya dapat dicegah. Karena pada akhirnya, wisata adalah tentang menciptakan kenangan indah---bukan tragedi memilukan.

Sebagaimana tragedi ini mengajarkan kita, keselamatan adalah prioritas yang tidak dapat ditawar. Mari jadikan peristiwa ini sebagai titik balik menuju sistem transportasi yang lebih aman dan bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun