Kepala Desa Cigugur Kaler Kecamatan Pusakajaya, Bapak Ranita mengutarakan. Jalan desa yang menghubungkan Desa Cigugur ke Karang Anyar, Keadaannya rusak parah. Dampaknya arus transfortasi ekonomi dan urusan pekerjaan kurang lancar. Hal ini membuat masyarakat merasa terhambat atas kerusakan badan jalan akibat kurangnya perhatian Pemkab.
“Seharusnya jalan desa yang menghubungkan desa Cigugur tidak dibiarkan rusak parah, apalagi sekarang musim hujan sudah mulai datang. Sebab semakin dibiarkan maka masyarakat akan merasa terkucilkan dari dunia luar. Pemkab harus lebih memerhatikan desa-desa, termasuk Desa Cigugur. Apalagi kondisi tanahnya labil sehingga akan dengan mudah hancur,” ungkap Pak Ranita.
Kondisi jalan yang labil akan lekas mudah karena tanah selalu bergeser. Namun demikian, artinya Pemkab perlu lebih memerhatikan kondisi tanah yang labil dengan mengangarkan dana pemeliharaan. Jalan ke desa itu, bisa saja hari ini dihotmik, namun beberapa hari kemudian akan hancur. Hal ini perlu perhitungan atau langkah-langkah yang tepat penanganannya.
Dirinya berharap sebelum pengaspalan atau perencanaan perbaikan. Kondisi tanahnya terlebih dahulu distabilkan. Ia tidak tahu bagaimana teknologi untuk mengupayakan supaya jalan tidak bergeser. Hal itu tentunya bukan tanggung jawab atau pemikiran dari kepala desa. Tapi sepenuhnya diserahkan pada Pemkab Subang melalui dinas teknis untuk memikirkannya.
Sebab dirinya dan masyarakat Cigugur merasa apalah artinya pembuatan jalan hebat andai biaya pemeliharaan dan teknologi terapannya tidak diupayakan. Justru dengan biaya besar namun hasilnya lebih optimal akan lebih baik. Ketimbang mengeluarkan dana perbaikan diperkecil tapi hasilnya tidak dapat dirasakan dalam jangka waktu lama. Pemkab selayaknya berpikir ke arah sana.
Pak Ranita berharap, penanganan utama atas kondisi itu diperioritaskan penanganan jalan desa. Karena satu-satunya jalan yang menghubungkan desanya ke luar. Tanpa ada penanganan serius, masyarakat Cigugur akan terkena dampaknya, khususnya bidang ekonomi. Masyarakat tidak bisa lagi membawa hasil pertaniannya ke pasar dan begitu juga sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H