Mohon tunggu...
Emha Aedhir
Emha Aedhir Mohon Tunggu... -

saripati kumpulan pikiran yang terbuang. catatan tercecer seorang diplomat. laksana menoreh buku harian. ditulis di sela bunyi tik-tok cuckoo clock. lahir di kampung seberang. di sebuah kota pantai yang mulai kehilangan eksotikanya. garis tangan membawanya \r\nberlayar jauh. mengharuskan berkantor di pejambon \r\nno.6 jakarta pusat. karunia tuhan berbicara. destiny \r\nmenitip amanah. agar profesi ini memberi manfaat bagi \r\nbangsa dan negara (twitter @emteaedhir)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

WikiLeaks Omongan Ember

16 Maret 2011   19:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:44 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

wikileaks pas banget dengan julukannya. doyan wiki-wiki dan ngelik. persis seperti orang yang ngelitik pacarnya. pengen marah, tetapi seneng. bisa dipastikan sejumlah kalangan senang wikileaks ngobok-ngobok pihak yang dijadikan target bocoran. saat bersamaan, pihak yang dijadikan target, pasti gerah dengan kelakuan wikileaks.

ane juga melihat, wikileaks telah jauh bergeser dari peran yang mungkin bisa ia mainkan sebagai penyeimbang mainstream media yang terkooptasi oleh kepentingan tertentu. ketika wikileaks membocorkan cara-cara penanganan tahanan abu gharib di irak oleh tentara as, banyak pihak memberi simpati. kini, ketika wikileaks menjadi "petarung" langsung dan dipersepsikan memiliki ambisi kepentingan tersendiri, semua orang menjadi bingung. wikileaks tumbuh liar seliar fantasi seorang julian assange (sang pendiri).

pertanyaan krusialnya sekarang, gimana menyikapi kelakuan itu kalau terkait dengan kerahasiaan komunikasi diplomatik? tidak banyak yang bisa dilakukan terhadap wikileaks. karena apa yang mereka bocorkan, jelas tidak dapat kita prediksikan. apalagi sumber utama info yang terlibat di luar batas domain kita. hal yang paling mungkin dilakukan adalah memastikan "orang-orang kita" tidak "ember" dalam melakukan pembicaraan dengan diplomat asing. siapapun, apalagi as.

diplomat asing, termasuk orang seperti kami, melakukan apa saja yang bisa mendukung upaya "reporting" mereka. apapun assesment atau analisa mereka, tidak otomatis merefleksikan pandangan pemerintah atau organisasi mereka. laporan itu, boleh jadi sekedar analisa tambahan terhadap perkembangan situasi wilayah akreditasi. sama sekali tidak dimaksudkan untuk menghujat, menghina atau menista. kecuali jika kemudian laporan itu menjadi dasar pengambilan suatu kebijakan yang terkait langsung dengan indonesia atau pemimpin kita

seringkali diplomat itu, karena ambisi pribadi, senang juga melakukan sensasi-sensasi dalam melaporkan sesuatu. sefaktual apapun laporan mereka, kadang ada godaan untuk memberi sedikit "bumbu-bumbu" yang mereka harapkan menarik perhatian atasan mereka. sehingga kondisi itulah yang merepotkan jika kemudian bocor ke publik dan menjadi bulan-bulanan media yang memang ingin memanfaatkannya membangun reputasi tetentu. tak heran jika ada pemeo, diplomat itu say many things but nothing!.

so, jangan mudah terkecoh! pejabat kita jangan ember. jangan pernah menganggap, diskusi di warung pojok dengan diplomat asing tidak akan dijadikan salah satu sumber bagi mereka menulis laporan. hanya karena undangan kongkow-kongkow di kafe, lalu semua menjadi ember dan kehilangan kontrol berbicara tentang negeri dan pemimpin mereka yang belum tentu benar. hanya itu kunci kalau anda tidak ingin melihat wikileaks kembali berulah dengan bocoran-bocoran baru yang sensasional.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun