Mohon tunggu...
Emha Aedhir
Emha Aedhir Mohon Tunggu... -

saripati kumpulan pikiran yang terbuang. catatan tercecer seorang diplomat. laksana menoreh buku harian. ditulis di sela bunyi tik-tok cuckoo clock. lahir di kampung seberang. di sebuah kota pantai yang mulai kehilangan eksotikanya. garis tangan membawanya \r\nberlayar jauh. mengharuskan berkantor di pejambon \r\nno.6 jakarta pusat. karunia tuhan berbicara. destiny \r\nmenitip amanah. agar profesi ini memberi manfaat bagi \r\nbangsa dan negara (twitter @emteaedhir)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Malam Magis Pentas Bali

19 Oktober 2010   12:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:17 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

selasa, 19 oktober 2010 pukul.14.15 local time seperti ane janjikan, reportase pandangan mata "a night in bali" kita mulai dengan wajah dan tatapan magis penari bali satu ini. namanya, bianca figl. puteri pasangan ibu dewi asal lombok dan om figl (ane biasanya manggil begitu, mr. figl asal kota kecil baden, austria). bianca sekarang gawe di brussel, tapi selalu punya antusiasme tinggi balik ke austria kalau diminta nari. dan ketika menaripun, tak banyak orang yang nyangka jika bianca seorang gadis separoh indonesia dan separoh austria. orang pikir bianca pasti indonesia tulen. tari panji semirang yang dimainkan bianca, dipertontokan sebagai bagian dari pagelaran pentas malam budaya bali di museum fur volker kunde, wina, austria. pementasan "a night in bali" kali bukan sekadar performance. malam pentas budaya bali yang digelar kbri/ptri wina bekerjasama dengan museum fur volker kunde, wina, senin 18 oktober 2010 sarat dengan pesan. terutama karena malam itu, pentas juga diwarnai oleh peluncuran buku luks berjudul "balinese art in transition". sebuah testimoni tentang penemuan kumpulan benda-benda seni dan artefak budaya bali yang tercecer jauh di negeri seberang, austria. koleksi seni budaya bali yang bermula pada dekade 1930-an di tangan seorang ms.helena potjewyd, warga austria. kemudian didonasikan kepada museum ethnology, wina, austria pada tahun 1946. koleksi itu lalu diangkat ke publik dalam suatu penyusunan katalog yang dirintis pada awal tahun 2010 bersamaan dengan kedatangan dubes ri baru di wina, i gusti agung wesaka puja. dua orang diplomat muda yang membantu beliau mewujudkan impian itu adalah spica tutuhatunewa dan gardina kartasasmita. tetapi di balik glamour penyelengaraan pentas malam budaya itu, semua orang tak akan melupakan diplomat kalem tapi trengginas, djati ismoyo. pada malam pentas budaya bali yang disaksikan hampir 400 undangan asing, kumpulan seni budaya bali bernilai tinggi dirajut kembali. dibingkai dengan ulasan lengkap beberapa potret benda-benda seni dan warisan budaya bali. koleksi yang disarikan melalui katalog kumpulan tulisan dan potret seni budaya bali tertuang apik dalam buku balinese art in transition. direktur museum etnologi austria, dr.christian f.feest tidak mengira bahwa penelusuran puluhan tahun ke belakang tentang sejarah benda-benda seni dan budaya bali di austria terkuak secara magis melalui flashback pentas budaya malam itu. koloborasi bersama kbri/ptri wina dengan museum fur voker kunde dalam peluncuran buku itu, mengukuhkan daya magnetis bali sebagai salah satu ikon budaya indonesia. dubes ri di wina, i gusti agung wesaka puja dalam sambutannya menuturkan inspírasi seorang helena potjewyd yang dinilai sangat menghargai karya agung oriental bali. meski tak banyak orang seperti helene, tetapi menurut dubes puja, eksotika budaya indonesia yang sangat kaya pasti tersimpan rapih di memori banyak orang yang pernah mengunjungi indonesia. dubes puja juga menyinggung peran penting seorang mr. werner kraus bersama mr.walter spies yang mencurahkan banyak tenaga dan pikiran mereka pada penemuan kembali karya-karya seni dan budaya yang menjadi cross-cultural fertilization dalam koleksi katalog balinese art in transition. kraus dan spies menjadi orang terakhir pada tahun 2009 yang mengangkat ke permukaan kekayaan nilai koleksi seni budaya bali tersebut. tribute pentas budaya malam itu, tak pelak lagi seolah-olah menjadi persembahan kepada helena, kraus dan spies. rangkaian pertunjukan tari seperti panji semirang, rejang dewa, dan oleg tambulilingan mendemonstrasikan arti mendalamnya penghargaan tersebut. bahkan para pemain gamelan didominasi bule-bule austria menyelami perasaan itu dengan memainkan sentuhan bait demi bait dalam irama gamelan yang menyentuh hati. kawan ane, mr.andreas hoeller dari amee international berucap, "that was fantastic performance. i regreted not to take my wife with me tonight". lalu ane bilang, "kalau gitu, bawa buku balinese art in transition ini ke isteri ente, dan ajak nonton eat, pray, love". isteri koq ditinggalin sendiri. piye toh bule ini ? malam itu, permainan nada dan irama apik khas gamelan bali yang magis mewakili perasaan umum wujud apresiasi tinggi pada helena, kraus dan spies. dubes puja pun bahkan turut memainkan alat gamelan bali, kempli dan gendang. malam itu benar-benar luar biasa untuk indonesia. untung bali bukan milik tetangga kita. i bet you, satu ini sulit diklaim. ps; foto-foto yang anda nikmati adalah hasil jepretan kawan baik ane, pak jung alias hok tjhoen tan. seorang fotografer pro yang humble. nice shoot, pak jun. thanks

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun