Belakangan ini Jepang dihebohkan karena telah mulai melakukan pembuangan limbah nuklir Fukushima dari hasil Sistem pembangkit listrik tenaga nuklirnya di laut Pasifik. Lebih spesifik, Jepang memulai pembuangan air limbah nuklir dari PLTN Fukushima yang hancur sejak Kamis, 24 Agustus 2023. Lebih dari satu metrik ton air radioaktif yang telah diolah dari PLTN Fukushima dialirkan ke laut Pasifik. Hal ini merupakan proses yang yang dilakukan Jepang dan memakan waktu puluhan tahun untuk diselesaikan. Air tersebut telah melalui proses penyulingan setelah terkontaminasi akibat kontak dengan batang bahan bakar di reaktor, yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami tahun 2011. Tangki di lokasi tersebut menampung sekitar 1,3 juta ton air, cukup untuk mengisi 500 kolam renang ukuran Olimpiade.
Menurut laporan BBC, sejak bencana tsunami 2011 perusahaan utilitas yang bertanggung jawab atas PLTN tersebut, Tokyo Electric Power (TEPCO), telah memompa air untuk mendinginkan batang bahan bakar reaktor nuklir Fukushima. Berarti setiap harinya pabrik tersebut menghasilkan air yang terkontaminasi, yang disimpan dalam tangki besar.
Lebih dari 1.000 tangki sudah terisi, dan Jepang mengatakan bahwa mereka membutuhkan lahan yang ditempati oleh tangki-tangki tersebut untuk membangun fasilitas baru guna menonaktifkan pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut dengan aman. Mereka juga menunjukkan kekhawatiran bahwa tangki yang berisi cairan radiasi tersebut bisa runtuh jika terjadi bencana alam.
TEPCO menyaring air Fukushima melalui Sistem Pemrosesan Cairan Lanjutan (ALPS), yang mengurangi sebagian besar zat radioaktif hingga mencapai standar keamanan yang dapat diterima, selain tritium dan karbon-14. Tritium dan karbon-14 masing-masing merupakan bentuk radioaktif dari hidrogen dan karbon, dan sulit dipisahkan dari air. Mereka banyak terdapat di lingkungan alam, air dan bahkan pada manusia, karena mereka terbentuk di atmosfer bumi dan dapat memasuki siklus air.
Menurut artikel Scientific American pada tahun 2014, tritium dianggap relatif tidak berbahaya karena radiasinya tidak cukup energik untuk menembus kulit manusia. Jika tertelan dalam kadar di atas kadar air yang dikeluarkan, hal ini dapat meningkatkan risiko kanker. TEPCO juga akan mengencerkan air hingga kadar tritium turun di bawah batas peraturan sebelum memompanya ke laut dari lokasi di pantai utara Tokyo.
TEPCO dan pemerintah Jepang telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa air yang dibuang hanya memberikan sedikit resiko bagi manusia dan kehidupan laut. Pemerintah Jepang mengatakan tingkat akhir tritium - sekitar 1.500 becquerel per liter - jauh lebih aman daripada tingkat yang disyaratkan oleh regulator untuk pembuangan limbah nuklir, atau oleh Organisasi Kesehatan Dunia untuk air minum. TEPCO mengatakan tingkat karbon-14 juga akan memenuhi standar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H