Mohon tunggu...
Ady Susanto
Ady Susanto Mohon Tunggu... -

saya lahir di Tulungagung, kuliah di Teknik Informatika - ITS Surabaya, kerja di PT Surveyor Indonesia (Persero), pindah-pindah penugasan dari Surabaya, Kupang, Makasar, Medan, dan sekarang tinggal di Bekasi,,, sempat menjadi Dirut PT Survai Udara Penas (Persero).

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pesta Sudah Usai

6 Januari 2013   23:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini hari pertama masuk kerja, setelah libur panjang. Bagi sebagian mungkin minggu ini adalah minggu kedua, tetapi minggu pertama tahun ini masih banyak yang memperpanjang liburan. Hal ini bisa dilihat dijalanan, pada hari kerja belum menunjukkan aktivitas normal alias belum macet. Pagi ini denyut aktivitas sudah kelihatan, keluar dari rumah jam 05.00wib sudah disambut dengan kemacetan di pintu perumahann.

Hari-hari terakhir liburan akhir ini, sabtu dan minggu, saya melihat paradox kondisi masyarakat kita. Masih ingat dan lekat dalam ingatan, serangkaian demo yang menuntut kenaikan UMR. Dan polemiknnya sampai saat ini belum juga beralhir. Disatu sisi buruh menuntut realisai UMR, disisi lain pengusaha pusing tujuh keliling menyelesaikan perhitungan bisnis, jungkir balik menyelamatkan kapal perusahaan dari hempasan yang bertubi-tubi badai kenaikan upah buruh, BBM, tarif dasar listrik, dan komponen lain yang konon bisa mencapai 70 persen.

Pesta, ya saya menyebut liburan ini sebagai pesta. Kegiatan yang tidak lebih dari memuaskan hasrat, kalau tidak boleh disebt hawa nafsu. Semua energi dikerahkan, bahkan direncanakan jauh-jauh hari.

Ada beberapa kondisi yang mendorong pesta ini bisa terlaksana. Selain ini merupakan fenomena masyarakat kelas menengah yang menurut pak DI jumlahnya mencapai 136 juta. Dengan ciri-cirinya: tidak mau sengsara, maunya serba cepat, dan teriaknya keras sekali.

Pesta itu menggambarkan, ciri yang pertama, tidak mau sengsara. Selama masih bisa menikmati hidup, maka maksimalkan.

Hal ini ditangkap sebagai peluang oleh pihak swasta berupa mudahnya akses ke fasilitas rekreasi berupa penerbangan murah, tersedianya sarana hiburan instan yang buanyak sekali, serta melimpahya informasi dengan teknologi yang terjangkau.

Dan semakin lengkap dengan berlimpahnya waktu libur. Ketika teman saya menyampaikan statemen, bahwa bangsa ini susah mau karena banyak libur, sehingga waktu produktif banyak berkurang. Saya masih berpendapat, kan kegiatan produktif tetap bisa dilakukan meskipun libur. Tetapi setelah saya amati, ternyata pendapat saya harus saya kaji lagi. Kenyataannya yang namanya libur ya libur. Paling tidak itu yang saya rasakan. Dan saya berkeyakinan besar, begitu juga dengan 136juta yang lain.

Dan hari ini, pesta itu sudah berakhir. Saatnya kembali ke kehidupan normal. Sebagian besar akan dihadapkan pada realita hidup. Salah satunya, masalah UMR yang belum tuntas, saat ini saatnya teriak lagi. Target perusahaan sudah menunggu. Manajemen harus memutar otak bersiasat dengan strategi perusahaan, biar selamat sampai akhir tahun nanti.

Anda merasa menjadi bagian masyarakat menengah, yang merupakan bagian 136juta. Saatnya berubah,,, sehingga bangsa ini lebih mudah menghindari jebakan kelas menengah. Jadikan keberadaan kita di lingkungan kerja menjadi pembeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun