Mohon tunggu...
Ady Martin Sinaga
Ady Martin Sinaga Mohon Tunggu... Relawan - Penulis

Kita berhak bersuara melangkah bergerak untuk berdampak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pasang Surut Usai Reformasi

20 Desember 2023   22:53 Diperbarui: 20 Desember 2023   23:12 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peristiwa tahun 1998 begitu membekas dalam sejarah Indonesia dan tidak lekang pula dari ingatan mahasiswa pada masa itu. Kesadaran sekaligus keresahan mahasiswa terhadap rezim orde baru berubah menjadi gerakan massa dari akar rumput yang menyeramkan, otoritarianisme penguasa menjadi api penyulut kemarahan aktivis dan intelektual yang turut prihatin terhadap kehidupan bernegara. Krisis finansial asia menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan kumulatif ketidakpuasan masyarakat terhadap presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun menyebabkan terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai gerakan mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. 

Gerakan 98 adalah gerakan masyarakat madani secara kolektif dan kesadaran mahasiswa menentang pemerintahan anti kritik yang otoriter. Keadaan ibukota begitu mencekam pada 12 Mei 1998 atas gerakan mahasiswa yang menuntut supremasi hukum, pemberantasan KKN, mengadili presiden Soeharto dan kroninya, amandemen konstitusi, mencabut dwifungsi ABRI serta pemberian otonomi daerah istilah yang kemudian dikenal dengan gerakan reformasi.

Suksesi gerakan reformasi sejatinya terjadi karena perjuangan mahasiswa yang masif pada masa itu mengorbankan banyak hal bahkan mengorbankan nyawa sekalipun sudah mereka ikhitarkan bagi bangsa dan negara. Banyak dari aktivis mahasiswa yang ditawan, hilang, dipersekusi, diintimidasi dan perlakuan lainnya yang berusaha mengganggu gerakan mahasiswa tidak memadamkan semangat kemarahan mahasiswa yang semakin radikal melawan penguasa. Tetapi tidak sedikit pula dari kalangan mahasiswa yang turun ke jalan tersebut pasca reformasi terselenggara masuk ke gelanggang pemerintahan menduduki jabatan-jabatan strategis.

Ternyata tuntutan reformasi yang sejati tidak kunjung tuntas hingga hari ini oleh karenanya amat penting bagi mahasiswa untuk terus merapatkan barisan menyampaikan keresahan di jalan sebagai kontrol sosial terhadap pemerintah. Jauh panggang dari api gerakan itu semakin padam karena kepentingan banyak pihak terusik akan dikorbankan maka upaya meredam gerakan mahasiswa menjadi pilihan praktis penguasa hari ini. Tidak banyak gerakan yang dapat dilakukan mahasiswa pasca reformasi adapun gerakan besar yang menghimpun mahasiswa dalam skala besar terjadi pada tahun 2012 dan 2019 yang setidaknya menunjukan gerakan itu belum mati.

Usai reformasi gerakan mahasiswa tidak sekuat dulu lagi gerakan melemah karena kepentingan pendahulu yang kini juga ikut berkuasa menyusup dekat dan menawan gerakan itu sendiri. Pada saat ini pergerakan mahasiswa Indonesia tidak bersatu lagi semuanya telah pecah kongsi dan sarat kepentingan dari berbagai pihak sekaligus upaya memecah fokus massa mahasiswa. Gerakan instan momentual menjadi gambaran gerakan angin-anginan mahasiswa dewasa ini tidak jarang pula disusupi kepentingan tertentu hingga menggadaikan idealisme dan semangat mahasiswa, perlahan tapi pasti penguasa berusaha meredam pemikiran kritis anak-anak muda sehingga berubah menjadi pesimistis dan saling mencurigai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun