Mohon tunggu...
ady cahyadi
ady cahyadi Mohon Tunggu... Guru - pengajar di FEB UIN Jakarta

hanya seorang pemerhati alam beserta fenomena yang terjadi didalamnya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pemimpin yang Membuat Hati Tenang Rakyatnya

20 Februari 2015   22:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:48 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi pemimpin ternyata tidak hanya harus mengerjakan hal-hal yang strategis, tetapi juga harus mampu mengerjakan hal-hal yang sangat teknis bahkan sepele sekalipun. Saya teringat sebuah teladan dari Nabi Muhammad Saw yang saya baca dari buku 60 Kisah Pemimpin Sejati, yang ditulis Ust. A. Yani. Dalam buku tersebut, Nabi Muhammad Saw sebagai seorang pemimpin besar umat Islam mencontohkan kepada kita tentang seorang pemimpin yang harus menenangkan rakyatnya.

Suatu ketika, Rasulullah Saw hanya memiliki uang sebanyak delapan dirham, jumlah yang tidak cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan hari itu. Begitupun bahan makanan dirumah sudah tidak banyak dimilikinya, sementara baju yang dipakainya hanya baju lusuh yang sudah saatnya diganti dengan yang lebih baik. Apalagi, baju lusuh itu sudah banyak tambalannya. Karenanya, dengan delapan dirham itu, Rasulullah Saw menuju ke pasar untuk membeli apa yang bisa dibeli guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya.

Namun, ditengah perjalanan menuju ke pasar, Rasulullah Saw mendapati ada seorang wanita yang kehilangan uang. Maka, dua dirham diberikan kepada wanita yang sedang menangis itu karena harus mempertanggungjawabkan uang yang hilang tersebut. Beliau pun menenangkan wanita itu, salah seorang umat atau rakyatnya itu.

Sesampai di pasar yang ramai Rasulullah Saw membeli baju seharga empat dirham. Dalam perjalanan pulang, beliau mendapati wanita tua yang tidak memakai baju. Dengan penuh iba, ia memohon bantuan baju. Maka beliau pun memberikan baju yang baru dibelinya itu kepadanya sehingga wanita tua itu mendapati ketenangan hati karena pemberian baju dari Rasulullah. Karenanya, beliau kembali lagi ke pasar untuk membeli baju yang harganya dua dirham, karena memang sisa uang Rasulullah tinggal dua dirham. Sesudah itu, beliau kembali lagi menuju kerumahnya.

Dalam perjalanan pulang yang panas, beliau mendapati lagi wanita yang tadi kehilangan uang. Ia nampak bingung dan gelisah. Ternyata, wanita itu takut dimarahi majikannya karena pulang sudah terlambat. Beliau pun siap mengantarkan wanita itu pulang. Wanita itu berjalan terlebih dahulu dan Rasulullah mengikutinya di belakang. Ini membuat wanita itu menjadi tenang. Pasalnya, tidak mungkin ada yang mengganggunya dijalan dan majikannya pun tidak akan marah kepadanya.

Sesampainya di kampong kaum anshari, dimana tempat wanita itu tinggal, Rasulullah mengucapkan salam dengan suara yang keras. Akan tetapi, Rasulullah tidak mendengar jawaban mereka. Mereka sebenarnya menjawab salam nabi, hanya saja dengan suara yang amat pelan. Mereka sebenarnya juga amat gembira dengan kedatangan Rasul itu, dan menganggap salam Rasul sebagai berkah. Karenanya, mereka ingin mendengar lagi salam Rasulullah. Maka dengan suara yang lebih keras, Rasulullah mengucapkan lagi salamnya hingga tiga kali dan mereka pun menjawab dengan suara yang juga sama kerasnya.

Rasulullah tentu menjadi amat heran dengan hal itu. Sebaliknya, mereka pun menjelaskan rasa senang mereka akan kedatangan Rasul, yang membawa keberkahan dengan salamnya itu. Rasulullah kemudian menjelaskan kedatangannya. “Pembantumu terlambat pulang dan tidak berani pulang sendirian. Bila ia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerima hukuman itu.”

Ucapan Rasul itu amat mengejutkan mereka. Bagaimana tidak, beliau telah berjalan cukup jauh dalam suasana panas terik hanya untuk mengantarkan seorang budak, dan kini malahan beliau siap menerima hukuman sebagai ganti dari hukuman yang bakal diterima budak itu.

Sang majikan kemudian mengatakan, “Kami memaafkannya, bahkan kami membebaskan ia dari perbudakan.”

Budak itupun menjadi amat gembira. Rasulullah Saw sendiri kemudian kembali kerumahnya dengan hati yang gembira, setelah sebelumnya mendoakan keberkahan bagi mereka. Sepanjang jalan beliau merenung tentang keberkahan delapan dirham yang menyebabkan ia dapat menolong dan menenangkan seorang rakyatnya dari ketakutan, menolong dua orang yang membutuhkan dan sekaligus memerdekakan seorang budak. Begitulah, keberkahan harta seorang pemimpin yang amat besar dirasakan manfaatnya oleh rakyat.

Berkaca kepada teladan terbaik tersebut, hendaknya pemimpin negeri kita tercinta, Indonesia, Bapak Presiden Jokowi, haruslah bersikap yang membuat kita rakyatnya menjadi tenang, tidak khawatir, atau bahkan ketakutan. Membiarkan persoalan berlarut-larut tanpa ada keputusan yang cepat dan tepat tentu akan membawa dampak ketidaktenangan rakyat atas situasi ekonomi, politik hingga keamanan negeri ini. Persoalan terkini adalah soal perseteruan KPK dengan Polri. Kemarin, 16 Februari 2015 Hakim Sarpin di sidang praperadilan memutuskan bahwa penetapan tersangka BG (yang pada waktu lalu diajukan Presiden Jokowi menjadi Kapolri) oleh KPK tidak sah.

Rakyat kini dihadapkan kepada masalah yang semestinya tidak menjadi masalah. BG yang dikabarkan mempunyai rekening gendut, ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK. Di sisi yang lain Presiden Jokowi telah mengajukan BG menjadi calon Kapolri kepada DPR RI, yang kemudian di loloskan tanpa ada masalah oleh DPR RI. Rakyat hanya bisa menonton disertai kebingungan dan ketidaktenangan, khawatir proses pemberantasan korupsi di Indonesia melemah dengan keadaan seperti ini.

Presiden Jokowi tetap harus membuat sebuah keputusan. Sudah tentu setiap keputusan pasti disertai dengan adanya resiko dan sebagai seorang pemimpin yang dipilih oleh rakyat, resiko tersebut haruslah dihadapi dengan berani demi rasa nyaman dan rasa tenang rakyatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun