Ada hal yang menggelitik saya setelah membaca statement Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, berkaitan urbanisasi ke Jakarta yang menjadi PR tahunan sang Ibu Kota Negara tercinta paska mudik lebaran, kata-kata yang sangat sederhana tetapi mempunyai sisi makna dan kualitas yang begitu dalam.
Gubernur “simple” ini dengan nada guyonannya yang khas mengatakan ga mungkin Jakarta dipagar kemudian di beri pintu untuk mencegah urbanisasi ke Jakarta, solusi yang paling efektif mendorong investasi ke daerah-daerah sehingga peredaran juga lari ke daerah-daerah, jika daerah tumbuh, akan terbuka lapangan pekerjaan, dan Jakarta tidak lagi menjadi tujuan utama pencari kerja.
Apa yang dikatakan Jokowi dapat saya kembangkan ke makna yang lebih luas lagi bahwa saat ini perkembangan investasi yang terjadi di Indonesia masih terpusat di Pulau jawa. Dengan wilayah yang begitu luas, dan sebagian besar propinsi berada di luar pulau jawa, tentunya menjadi pertanyaan yang sangat menarik, kenapa perkembangan investasi di luar pulau jawa sangat lambat?.
Saya mencoba mengulik sedikit dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi investasi yang mungkin sudah sering kita baca, tentunya dengan sudut pandang saya sebagai orang awam. Ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi investasi di antaranya :
Pertama, Pendapatan nasional per kapita dan PDRB per kapita merupakan cermin dari daya beli masyarakat atau pasar. Makin tinggi daya beli masyarakat suatu negara atau daerah (yang dicerminkan oleh pendapatan nasional per kapita atau PDRB per kapita) maka akan makin menarik negara atau daerah tersebut untuk berinvestasi.
Pendapat saya, gimana daya beli daerah mau tinggi kalo daerahnya tidak ada investor yang mau masuk, lapangan pekerjaan yang terbatas otomatis pendapatan masyarakatnya pun mempunyai pendapatan perkapita yang kecil.
Kedua, kondisi sarana dan prasarana. Investasi membutuhkan sarana dan prasarana pendukung. Prasarana dan sarana pendukung tersebut meliputi sarana dan prasarana transportasi, komunikasi, utilitas, pembuangan limbah dan lain-lain. Sarana dan prasarana transportasi contohnya antara lain : jalan, terminal, pelabuhan, bandar udara dan lain lain. Sarana dan prasrana telekomunikasi contohnya: jaringan telepon kabel maupun nirkabel, jaringan internet, prasarana dan sarana pos. Sedangkan contoh dari utilitas adalah tersedianya air bersih, listrik dan lain-lain.
pendapat saya, ini sebenarnya tidak bisa dijadilan alasan, daerah bisa membangun sarana dan prasarana atau dengan kata lain ini masalah teknis. Apalagi Negara kita yang masih menganut sistem dana perimbangan artinya ada subsidi silang antara daerah kaya dan miskin. Tergantung niat pemerintah pusat dan daerah apakah mau membangun atau tidak.
Ketiga, birokrasi perijinan. Birokrasi perijinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi investasi karena birokrasi yang panjang memperbesar biaya bagi investor. Birokrasi yang panjang akan memperbesar biaya bagi pengusaha karena akan memperpanjang waktu berurusan dengan aparat. Padahal bagi pengusaha, waktu adalah uang. Kemungkinan yang lain, birokrasi yang panjang membuka peluang oknum aparat pemerintah untuk menarik suap dari para pengusaha dalam rangka memperpendek birokrasi tersebut.
Pendapat saya, ini juga masalah teknis, kalo birokrasi bisa diperpendek kenapa harus diperpanjang.
Keempat, kualitas sumberdaya manusia. Manusia yang berkualitas akhir-akhir ini merupakan daya tarik investasi yang cukup penting. Sebabnya adalah tekhnologi yang dipakai oleh para pengusaha makin lama makin modern. Tekhnologi modern tersebut menuntut ketrampilan lebih dari tenaga kerja.
pendapat saya, ini juga masalah teknis, banyak SDM yang siap pakai dan bila kurang kemampuan SDM bisa di upgrade dan diberi kemampuan untuk menyesuaikan dengan tekhnologi yang ada., walaupun sesungguhnya saat ini SDM memang dituntut menyesuiakan dengan perkembangan tekhnolgi global.
Kelima, stabilitas politik dan keamanan. Stabilitas politik dan keamanan penting bagi investor karena akan menjamin kelangsungan investasinya untuk jangka panjang.
Pendapat saya, masih ada daerah yang kondisi keamanannya yang belum baik, tetapi sesungguhnya bisa diperbaiki dengan koordinasi yang baik antara aparat keamanan, pemerintah daerah dan masyarakat. Apalagi bila iklim ekonomi sudah baik keamanan menurut saya akan bisa tercipta lebih baik. Karena salah satu penyebab banyaknya tindak kriminalitas karena tuntutan ekonomi memaksa melakukan hal tersebut.
Kalau semua sebenarnya bisa di perbaiki untuk pengembangan investasi di daerah kenapa masih lambat. Ada satu hal di luar itu semua menurut saya yang menjadikan lambatnya investasi di daerah. Hal itu tidak lain adalah Potensi Pasar. Potensi pasar yang begitu besar di pulau jawa, membuat investor lebih cenderung memilih mendekatkan investasi mereka kepada pasarnya (ada gula ada semut). Asumsi saya denga pola pikir yang sama akhirnya investor bisa saling melengkapi, Dimana dari bahan baku, produksi, hingga pemasaran mereka bisa saling berdekatan dan menguntungkan. Karena ini bisa memangkas waktu, biaya produksi, biaya distribusi sampai dengan biaya pemasaran menjadi lebih murah. Kenapa mereka tidak mau membentuk pasar didaerah, apabila metode diatas dilaksanakan bisa jadi akan banyak pulau lain seperti pulau jawa. Jawabannya mungkin proses, bisnis kalau ada proses yang lebih pendek dan menjajikan kenapa harus berlama-lama dan harus melalui jalan yang berliku-liku.
Solusinya?, dekatkan pulau jawa dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia,perpendek waktu pulau jawa dengan pulau lainnya dengan infrastruktur serta transportasi yang memadai dan berbiaya rendah. Contohnya dengan pembangunan jembatan-jembatan penghubung antar pulau, seperti rencana pembangunan selat sunda, pembangunan sarana kereta api antar propinsi, karena sarana ini merupakan angkutan massal yang dengan waktu yang cepat. Dapat dibayangkan apabila Aceh-Lampung misalnya bisa ditempuh dalam waktu satu hari dan bisa langsung terhubung ke pulau jawa melalui jembatan selat sunda. Untuk pulau yang jauh, trasportasi udara dan laut dengan biaya rendah dapat di jadikan solusi, khusunya untuk memangkas biaya distribusi dan pemasaran, dengan asumsi investasi daerah sudah berdasarkan potensi masing-masing daerah sehingga apabila di butuhkan bahan baku sudah berdasarkan potensi yang ada.
Apabila perpindahan ini sudah menjadi mudah, akan tumbuh sentra-sentra produksi baru di luar pulau jawa. Tanpa disadari harapannya lambat laun akan banyak lowongan pekerjaan, sehingga meningkatkan daya beli dan membentuk pasar-pasar baru di luar pulau jawa. Dengan pasar-pasar baru ini akan meningkatkan perpindahan manusia dari pulau jawa dan pulau-pulau lainnya ke daerah-daerah seluruh Indonesia. Khususnya masyarakat yang berdomisili di jawa akan tertarik pindah ke daerah-daerah walaupun sebenarnya banyak masyarakatnya sebenarnya berasal dari daerah-daerah di Indonesia. Dengan kata lain kita akan melihat “Pulau Jawa” akan pindah ke seluruh Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H