Berawal dari dialog kami dengan kawan seangkatan tahun 1995-1996, dalam dialog tersebut banyak bercerita tentang kemajuan rekan - rekan yang sudah menjadi parangkat negara atau pegawai negeri sipil ( PNS ), di Provensi Sulawesi Barat ( Sulbar ). Perbincangan dipantai Indah Desa Tanisi Kecamatan Malunda, itu juga mengulas adanya fro dan kontra kredibiltas para PNS yang sangat minim dengan sumber daya yang bisa menjadi seorang PNS. yang palin memperihatinkan, ada kawan lama ( Tidak seangkatan,red) masuk dalam perbincangan sore itu. Awalnya, sebelum menjadi sebuah PNS, kesehariannya hanya seorang karnet mobil disebuah perusahaan swasta, dan pekerjaan itu sangat digulutinya sampai tamat SD, maklum karena pekerjaan ini merupakan tawaran pertama kali setelah lulus SD terpaksa diterimanya. Dalam rentang waktu yang lama, dan pekerjaan sebagai karnet berubah menjadi seorang sopir yang handal, dan pada waktu itu Sulbar belum menjadi sebuah Provensi.
Dalam perbincangan di sebuah tempat yang rindang dibawa pohon Punaga ( Pallang, red ), terasa semakin tambah seru setelah hadirnya seorang pegawai yang kerja di Dinas Kesehatan ( Dinkes ), dan diketahui bahwa sang pegawai ini sudah lama mangkir dari jabatannya, hal itu dilakukan karena ingin pindah jabatan menjadi pegawai staf kantor di kantor Camat. Dan ini menambah bahan diskusi kami yang sebelumnnya bercerita tentang karnet yang bisa lolos PNS. "Bagaimana bisa bagus kinerja seorang pegawai kesehatan kalau masuk dalam rana pemerintahan, pada hal dia seorang perawat,"tanya,Mustakim, seorang rekan seangkatan yang sudah memilih menjadi penjula es buah yang dijajalkan dipantai itu.
Kembali dari cerita kami yang sebelumnnya. Setelah dia ( si karnet ) tersebut lama menjadi sebuah sopir yang senior, salah seorang pegawai staf lurah di kecamatan itu yang kebetulan kakak ifarnya menawarkan pekerjaan menjadi sopir pejabat ( sopir camat ). karena kebetulan kala itu camat ingin memerlukan sopir pribadi. Dengan senang hati tawaran itu disambut dengan baik menjadi seorang sopir pribadi, setelah kesehariannya menjadi draiver pejabat dengan hanya bermodalkan ijazah SD, setelan penapilannya juga harus menyesuaikan dengan pegawai dilingkungannya. Selama dalam bekerja sebagai sopir, selama itu juga mendapatkan tawaran dan berkeinginan menjadi seorang PNS, namun diakuinya akan pasti akan terkendala dengan ijzah.
Dengan suport dari keluarganya. Ketika itu, langsung ikut paket B kebetulan saat itu maraknya remaja termasuk yang sudah dewasa ikut mendaftarankan diri dalam ujian paket B. Dengan bermodalkan kemauan diapun LULUS kala itu, dan mendapatkan selembar kertas yang sangat berharga yang diketahui kertas itu setara dengan ijazah SMP. Tidak berhenti sampai disitu, harapan untuk menjadi seorang parangkat negara, pekerjaannya sebagai sopir semakin lancar, beberapa kali pergantian pemimpin ( Camat ) dikecamatan itu, menjadi sopir buatnya masih dijadikan pekerjaan yang harus diembang selamanya.
Tak terasa hari semakin sore, perbincangan kamipun sempat terhenti sesaat dengan adanya suguhan es buah kelapa yang dicampur dengan gula dan susu, dan es tersebut disuguhkan dalam bentuk gelas buatan Mustakim. semakin tidak terasa perbincanganpun kembali mulai dilanjutkan, dan semakin kagetnya ketika ada satu rekan kami yang sumbang mengatakan, bahwa yang dulunya sebagi sopir biasa bisa menjadi bendahara kecamatan. ketika diketahui jabatan itu diembangnya sebagai menjabat bendahara kecamatan, tidak disengaja suara tawa rekan seangkatan itu langsung pecah seketika karena posisi jabatan yang diberikannya sangat tidak rasioanal."hahahahahahaa..bagaiman bisa sedangka dia itu belum ditau apa dia ada ijzah SMA-x."katanya terbahak-bahak.
Dan salahsatu rekan kami membenarkan, bahwa ijasa milik Sopir itu sesudah paket B juga sudah diterimanya, dengan mudahnya lulus paket C dengan mengikuti teks yang diberikan oleh panitia penyelenggara. Paket B dan Paket C bisa diperoleh hanya sesaat dengan bermodalkan uang pendaftaran ratusan ribu, dibanding dengan ijazah SMP dan SMA bisa diperoleh jika kita melalui bangku pendidikan selama enam tahun. Namun yang terjadi, ketika seseorang ingin mendapatkan ijazah itu, begitu gampangnya Dinas yang terkait memberikannya, dan hal ini sangat - sangat mencederai orang - orang yang sebelumnnya menempuh lewat bangku pendidikan sekian tahun."seharusnya pemerintah mengkaji kembali aturan seprti ini ( ujian paket ) karena hanya mencetak kader - kader yang kebablasan,'sahut Sudirman,yang berkecimpun didunia Politik.
Inilah bukti betapa hancurnya pendidikan di negeri ini yang hanya bisa dikuasai oleh sekelompok orang yang memeliki kekuasaan uang. Tengok kebelakan, saat ini betapa gampangnya mendapatkan ijazah ( Paket, red), dibanding dengan orang yang sekian tahun bersekolah dengan mengorbangkan, waktu, pikiran, dan tenaga hanya ingin mendapatkan satu lembar kertas yang berharga. Begitu juga dengan setingkat universiatas, gelar Strata satu ( S1) sangat gampang diperoleh tanpa melalui bangku kuliah.
Tepat jam empat sore, kami berlima dalam suasana itu masih larut, namun karena hari makin senja karena sang pemberi sinar semakin merapat keperaduannya. Sehingga satu persatu kawan meninggalkan tempat itu dengan sepeda motor dan mobilnya. dari tempat ini, banyak yang kami dapat karena selain suguhan es kelapa muda yang masih geratis juga nikmat panorama hembusan angin barat kala sore hari. Dan jika ingin mencobahnya silahkan mampir dipantai Tanisi 45 kilo dari kota Provensi Mamuju , pasti banyak kesan yang didapatkan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H