Laki-laki itu datang kembali, selalu berulang setiap hari kamis.
Pada awalnya aku tidak mau ambil pusing, apa yang dibaca oleh para pengunjung di perpustakaan mini ini. Tetapi karena hanya aku dan seorang temanku, sebagai juru kunci perpustaakan ini,bertemu dengannya setiap hari Kamis. Kami pun mulai merasa penasaran.
Perpustakaan mini ini meskipun berada di naungan salah satu tempat ibadah di kotaku tidak hanya menyajikan buku bermateri rohani. Ada cerita untuk anak-anak, remaja hingga dewasa, cerpen, novel bahkan ensiklopedia dan kamus pun ada.
Laki-laki itu datang kembali, selalu mengambil buku di rak yang sama.
Rak yang sengaja kami pisahkan berdasarkan jenis bacaannya. Novel di rak sendiri, cerita anak-anak di rak sendiri. Sengaja kami tidak mengikuti pedomannya om Dewey yang agak rumit karena membuat kami tidak nyaman, kami cenderung menggunakan kertas berwarna di punggung buku. Dan buku-buku dengan kode warna yang sama baru kami kumpulkan bersama dalam satu rak.
Laki-laki itu datang kembali, mengambil buku cerpen dan selalu duduk di meja bundar tepat di tengah ruangan. Terkadang apabila dia belum selesai menikmati bacaannya dan perpustakaan harus tutup, dia pun meminjam untuk dibaca di kontrakannya. Yah, karena terbatasnya SDM dan pengunjung, perpustakaan mini ini hanya beroperasi setiap Senin dan Kamis jam 6 sampai jam 8 malam.
Laki-laki itu datang kembali, melakukan aktivitas seperti biasa.
Saat sedang asyik dalam dunia bacaannya, aku pun iseng datang menghampiri. Kebetulan dia sedang membaca buku cerpen berjudul ‘Aku Kesepian Sayang, Datanglah Menjelang Kematian’ karangan om Seno Gumira Ajidarma.
“Seneng baca karangannya Seno Gumira Ajidarma, mas?” tanyaku.
“Oh, enggak, mas. Cuma saya pas aja yang ini belum sempet saya baca”, jawabnya sekilas dengan pandangan halus yang menyatakan bahwa aku mengganggunya.
“Eh sori mas, kalo ganggu. Silakan diteruskan lagi aja mbacanya. “ sahutku yang dibalas dengan senyuman yang ramah dari laki-laki itu.
+++
‘Perpustakaan tutup selama Pekan Suci’ tercetak dalam selembar kertas yang baru saja selesai kupasang di pintu perpustakaan. Setelah itu, aku pun mampir ke angkringan di seberang gedung, sambil minum teh jahe favoritku. Baru beberapa teguk, datanglah laki-laki itu.
“Gak buka,mas, perpusnya?” tanyanya.
“Enggak, mas. Sori sebenarnya baru mulai tutup sih minggu depan. Cuma pas kebetulan kuncinya dibawa temen saya ya jadi tutup aja.” Jawabku.
“O gitu, padahal saya mau ngembaliin buku yang saya pinjam minggu lalu. Tolong teh anget satu ya, Pak” katanya sambil memesan minuman ke Bapak angkringan.
“Gak papa, mas, besok aja kalo pas kami buka lagi, tenang aja…gak ada denda koq. Masnya ini kan pengunjung kedua terajin lho yang datang ke perpus kami, tentunya selain anak si penjaga gedung, hehehe… “
Dialog antara kami pun mulai mengalir.
“Oya, saya emang seneng baca sih, mas….saya paling seneng baca cerpen daripada novel. Setelah itu baru komik. Toh ya bisa baca gratis gini.
Menurut saya, cerpen itu simpel. Cuma cerita beberapa halaman langsung selesai. Kalo bersambung, itu cerita bersambung, hahaha….”
“Walah…kalo itu sih saya juga tahu, mas” sahutku sambil ketawa dan membatin “Wah ada yang mau curhat neh, siap-siap aja jadi pendengar yang baik.”
“Trus menurut saya, cerpen itu kayak kehidupan sehari-hari. Cerita pendek mulai dari pagi sampai malam. Sedangkan kalo novel kayak kehidupan mulai dari lahir sampai mati. Cerpen itu menarik karena pengarangnya berusaha membuat cerita dengan sesingkat-singkatnya dan jelas supaya alur dan jalan pikirannya diketahui orang lain. Di situ pengarangnya bisa menyampaikan imajinasi, kritikan atau apapun itu dengan cara singkat. Terkadang entah kebetulan atau enggak…apa yang ada di cerpen itu saya alami juga. Bahkan ada beberapa cerita yang bisa dijadikan inspirasi atau renungan. Yah terus terang aja, kalo saya baca novel atau cerita yang panjang saya sering gak sabaran menanti endingnya. Bahkan pernah saya memikirkan suatu cerita ato kejadian eh gak taunya udah ada di cerpen yang saya baca. “
“Tetapi intinya adalah cerpen itu meski singkat dapat menimbulkan berbagai macam persepsi, reaksi atau respon bagi pembacanya. Singkat tapi dapat ditafsirkan menjadi banyak arti.”
“Betul juga, mas.” selaku.
“Hampir sama kalo kita mengikuti ibadah, bacaan-bacaan dari kitab suci kan singkat tetapi sang pengkhotbah bisa bicara bermenit-menit atau bahkan berjam-jam.“ lanjutnya sambil menutup pembicaraan kami karena dia harus pergi entah ke mana.
+++
Laki-laki itu datang kembali, tepat saat perpustakaan mini ini kembali buka setelah satu minggu absen. Sambil mengembalikan buku yang dipinjamnya. Dan entah mengapa, dia hanya mengembalikan buku saja, tidak melakukan rutinitas seperti biasanya. Datang, melempar senyum kepada kami, menuju rak buku, memilih-milih buku, ambil bantal duduk dan menikmati bacaan. “Buru-buru, mas…? Gak nyante-nyante dulu?” tanyaku yang dibalasnya dengan senyuman khasnya yang menandakan dia sedang tidak mau diganggu.
Dan rupanya, laki-laki penggemar cerpen itu tidak pernah kembali lagi……
+++
~Cibubur, 23201007~
Untuk sahabat-sahabatku di kotabaru
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H