Mohon tunggu...
Yohanes Pembaptis Widiawan
Yohanes Pembaptis Widiawan Mohon Tunggu... profesional -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jabatan Itu Amanah

24 Mei 2014   18:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pulung gono berteriak kegirangan melompat kesana kemari, koyo anak ketek belajar melompat. Pak Karso, bapaknya yang baru selesai sholat Asar, kebingungan melihati anaknya semata wayangnya yang lompat kesana kemari, terbersit dibenaknya kalo anaknya kesambet, kesurupan jin.

“lung.. ono opo ?”

Pulung gono berhenti melompat,

“anu pak, aku diterima bekerja..”

Pulung gono menyerahkan secarik kertas kepada bapaknya, bu siti kedandapan keluar dari kamar mendengar ucapan anaknya.

“iki bahasa opo.. ?”

Bu siti menyeringai melihat tulisan yang tak dimengertinya.

“inggeris bu...”

Pak karso mencoba tetap membaca walau tidak mengerti sama sekali apa yang dibacanya, duduk di lincak dengan terus mengamati isi kertas yang dipegangnya erat-erat.

“aku nek arab gundul yo iso ngerti pak ne, tapi nek iki malah ra weruh..” bu siti dan pak karso hanya lulusan Tsanawiyah era tahun tujupuluh-an, yang hanya mempelajari bahasa dan tulisan arab. Tahun delapanpuluhan suami isteri ikut program pemerintah, transmigrasi ke sumatera, dan ditempatkan didaerah mesuji.

Pak karso melengos menatapi pulung gono anaknya.

“apa terjemahannya lung ?”

“itu surat dari perusahaan pak, aku diterima kerja..”

“wah selametan iki.. syukuran pak ne anakmu sudah diterima kerja, walaupun cuma lulusan eS em Aa tapi anakmu ini pinter pakne...” bu siti nyerocos.

“kapan mulai masuk kerja lung ?” pak karso menarik sarungnya keatas, melipat kakinya.

“kalo menurut surat itu yo tanggal tiga bulan depan saya mesti masuk pak, ini loh...”

Pulung gono menunjuk pada baris tulisan ditengah alinea surat kepada pak karso, dengan jari telunjuknya.

“wah minggu depan kamu sudah masuk kerja yo lung..” bu siti mengelus kepala anaknya. Mimik mukanya bercermin rasa haru dan bangga kepada anaknya.

“ini perusahaan apa lung.. ?”

“perusahaan perkebunan buah-buahan terbesar nomor dua di dunia pak..”

“kamu tahu darimana..” bu siti menyeringai.

“ya itu dibaca..”

“ra mudeng..” bu siti menjawab lugas.

“yo wis, kita buat syukuran, lan among among untuk pulung gono, ben lapang dalane, sukses kerjanya..” pak karso menyerahkan carik kertas itu kembali pada pulung gono, berdiri dari lincak, menyeret sendal jepitnya.

*

Pak karso termasuk tokoh yang dituakan di kampung transmigran, pak karso orang jujur, apa adanya, tidak neko-neko dan ringan tangan membantu warga lain. Walaupun sederhana pak karso yang ulet berkebun, sudah berkecukupan. Sudah banyak tabungan ladang sawit dan karet dan sawah yang ia miliki, apalagi anak semata wayangnya pulung gono sifatnya tidak jauh berbeda dengan pak karso, Tidak neko neko.

Semenjak dua hari lalu, setelah pulung gono menerima surat jawaban dari perusahaan, yang menyatakan ia diterima bekerja diperusahaan, rumah pak karso terlihat sibuk orang datang dan berlalu. Akan ada hajat syukur besar-besaran nanggap wayang kulit semalam suntuk dan orgen tunggal di rumah pak karso. Pak karso mengundang semua keluarga dan warga kampung untuk ikut berbahagia.

*

Selesai sudahperhelatan syukuran besar-besaran dirumah pak karso, keluarga besar pak karso pun sudah henyak pulang. Rumah pak karso sudah jadi sepi lagi seperti biasanya, besok pulung gono anaknya akan berangkat menuju kabupaten diseberang tempatnya tinggal, bergabung dengan perusahaan besar perkebunan buah-buahan nomor dua didunia.

Pak karso selonjoran diteras depan rumahnya, menikmati semilir angin malam, yang berhembus datang dari arah kebun karet disamping rumah pak karso.

“lung...”

Pak karso memanggil pulung gono.

“lung..”

“ya pak..”

“sini dulu..”

Pulung gono berjalan keluar dari dalam rumah menuju teras, ketempat pak karso selonjoran.

“sini, duduk sini sama pak’e..”

“pak’e, mau nasehati kamu..” pak karso melepaskan peci berwarna hitam, yang sedari tadi duduk diatas kepala pak karso.

“lung ditempat kerjamu, disana nanti.. kamu mesti gemati dengan pekerjaan kamu, junjung tinggi kejujuran, inget sholat, inget ibadah..” pulung gono menganggukan kepalanya tanda mengerti.

“jabatan itu amanah, kamu harus mempertanggungjawabkan pekerjaanmu dunia dan akherat, ndak usah neko neko..”

nggih pak’e..”

“ jaga hubunganmu dengan teman-teman, selesaikan pekerjaan tepat waktu, kerjakan pekerjaanmu dengan teliti, supaya tidak ada salah..”

“kalau kamu disana nanti punya anak buah, perhatikan selalu anak buahmu, jangan ingkar dan jangan menyakitinya.. jangan ngakali anak buahmu.. ”

Pak karso menarik napas, suara kawanan nyamuk yang beterbangan menemani obrolan anak dan bapak.

“pak’e ini sebenarnya pengen kamu ini disini saja lung.. kebun sawit, kebun karet sama sawah itu yo punyamu, pak’e ini cuma punya kamu, anak pak’e.. hasil kita dari kebon ya lebih dari cukup lung. Kamu yo bisa kuliah kemana saja, cuma kamu ngotot ndak mau kuliah..”

“tapi pak’e nggak mau ngalang-ngalangi kamu..” angin masih semilir menyapu teras rumah pak karso.

“ditempat kerjamu nanti kamu jangan sombong, angkuh karena megang jabatan yo le.. selalu kamu ingetin jabatan itu amanah..”

“ya pak..” pak karso megulangi nasehatnya pada pulung gono.

“kamu megang jabatan opo neng perusahaanmu itu nanti lung ?”

Pulung gono menyeringai.

“sebentar pak saya lupa, nanti saya ambil suratnya sebentar..”

Pulung gono berlalu masuk kedalam rumah.

Tak lama keluar kembali ke teras menuju ke tempat pak karso. Sembari lamat-lamat membaca isi secarik kertas yang dipegangnya.

“opo jabatanmu lung.. ?”

“OPIS BOY, pak’e..”

“OPIS BOY...”

“ya pak’e. OPIS BOY..”

*

“Mumet ndasku.. “

Pulung gono menarik dasi yang sedari tadi mencekik lehernya. Mukanya muram, membuat hitam kulitnya semakin kelam.

“opis boy-opis boy...”

*

Great giant pineapple 23/05/2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun