Mohon tunggu...
Farid Muadz Basakran
Farid Muadz Basakran Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

#Advokat #Mediator #Medikolegal Pendiri BASAKRAN & GINTING MANIK Law Office sejak 1996 Gd. Menara 165 Lt. 17 Unit A, Jl. TB Simatupang Kav. 1, Jakarta 12560 Telp/Fax. 021-38820017; 38820031 Hotline : +62816 793 313

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bom Bunuh Diri Polresta Surakarta dan Lemahnya Fungsi Intelkam Polri

7 Juli 2016   11:13 Diperbarui: 7 Juli 2016   11:59 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin pembaca masih ingat dengan aksi bom bunuh diri saat sholat Jum'at berlangsung di Mapolresta Cirebon pada 15 April 2011. Peristiwa yang cukup menghentakkan dan menghebohkan publik nusantara karena kelompok teroris berhasil masuk ke instalasi alat negara yang berfungsi dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat ini.

Pelaku bom bunuh diri tersebut meletakan bom di perut sebelah kanan. Pelaku itu berpura-pura ikut sholat Jumat. Akibat kejadian tersebut diperkirakan 26 orang terluka termasuk Kapolres Cirebon, AKBP Herukotjo. Sementara itu satu orang yang meninggal adalah pelaku bom bunuh diri yang diduga berumur 25 tahun.

Pengamat Teroris dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Mardigu saat itu menilai bom bunuh diri yang dilakukan di Masjid At-Taqwa yang terletak di kompleks kantor Polresta Cirebon, Jawa Barat ini merupakan perang gerilya melawan polisi. Mardigu menduga bom bunuh diri tersebut dilakukan oleh kelompok teroris jaringan lama."Jadi polisi memang ditarget, tetapi ada satu hal yang bikin kita surprise adalah dia mengeksekusi hal ini adalah di jam sholat Jumat dan tertinggi, artinya ini ada sebuah kebencian yang sungguh diluar dari kebiasaan karena dia bisa membuat ketakutan semua orang yang beribadah sekarang."

Mardigu coba menambahkan analisisnya, "Kita menganalisa dari data forensic lapangan aja di mana mereka menggunakan low explosivedan menggunakan mekanik pematiknya, dengan pola yang sama dengan Azhari style, Afghan style sehingga kita masih menarik benang merah sama dengan yang kemarin-kemarin termasuk bom buku."

Dua tahun kemudian atau tepatnya pada 3 Juni 2013, serangan bom bunuh diri juga terjadi Mapolres Poso pada pagi hari sekitar pukul 08.03 WITA. Seorang pria berusia 30-35 tahun menerabas masuk Mapolres Poso dengan mengendarai sepeda motor bebek berwarna biru. Sekitar 35 meter dari pos penjagaan, bom meledak dengan kencang. Menurut Kapolres Poso, AKBP Susnadi, bom meledak di dekat Masjid Mapolres Poso.

Aksi Bom Bunuh Diri Mapolres Surakarta.

Kejadian bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon dan di Mapolres Poso, kali ini terjadi lagi di Mapolresta Surakarta pada akhir Ramadhan 1437 Hijriyyah atau tepatnya pada Selasa, 5 Juli 2016.

Satu orang tewas dan satu polisi terluka akibat bom bunuh diri di depan Markas Polresta Surakarta. Peristiwa ledakan terjadi pada pukul 07:30 WIB. Saat itu, ada seseorang yang mengendarai sepeda motor menerobos masuk ke halaman kantor Polresta. Orang itu kemudian dipanggil anggota Provoost. Setelah dicegat dan dikejar petugas piket, pelaku akhirnya meledakkan diri di halaman kantor Polresta Surakarta dan tepatnya di depan ruang Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT).

Rekaman video yang ditayangkan dalam siaran beberapa stasiun televisi terlihat lokasi dalam keadaan kacau balau, sepeda motor pelaku ledakan hancur total. Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Condro Kirono mengatakan, bom rakitan yang diledakkan pelaku berdaya ledak rendah dan tidak mengakibatkan kerusakan terhadap bangunan kantor polisi. Saat ini pihak kepolisian tengah menyelidiki identitas dan motif pelakunya.

Berdasarkan penelusuran penulis di media cetak maupun di media online, pelakunya bernama Nur Rohman (31 tahun) dan warga Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah. Nur Rohman, ternyata menjadi Ketua RT dilingkungannya di Rt. 01/012, Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo.

Sesuai domisili tempat tinggalnya, ternyata Nur Rohman masih satu kampung dengan Muhammad Bahrun Naim. Bahrun Naim dikenal sebagai otak serangan teror di Jakarta pada 15 Januari 2016 lalu. Nur Rohman, di Sangkrah tinggal bersama istrinya, Siti Aminah dam dua anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun