Beberapa hari yang lalu kami sekeluarga kedatangan tamu ke Bogor. Tidak tanggung-tanggung tamu kami ini berasal dari Madinah, Saudi Arabia. Dia datang ke Indonesia dalam rangka cuti besar dan menengok anak dan isterinya yang kebetulan baru bertempat tinggal di Bogor. Kebetulan kemarin, 22 Januari adalah hari jadi pernikahan mereka yang sudah melewati dua tahun. Sabtu malam kami ditelepon oleh mereka menanyakan dimana di tempat makan untuk keluarga yang sekaligus sebagai tempat bermain bagi anak-anak. Kami rekomendasikan Rumah Air saja di kawasan Bogor Nirwana Residence (BNR) Bogor yang kebetulan dekat dengan rumah kami semua di Bogor. Tidak lebih dari 1 kilometer kami sudah sampai ke Rumah Air. Kemarin pagi, sekitar jam 9 pagi, kami dan suami isteri tamu kami tersebut berusaha reservasi untuk 15 jiwa dengan mendatangi Rumah Air, namun dijawab tidak perlu reservasi, langsung datang dan pesan saja. Â Kemudian sekitar pukul 13.30 kami datang dan mencoba antri di front office untuk mendapatkan meja. Akhirnya sekitar sepuluh menit berselang kami pun mendapat meja nomor 21, 22 dan 23 di depan anjungan utama Rumah Air, karena kami tidak mendapatkan saung. Pukul 13.50 kami pesan beberapa menu untuk 15 jiwa yang menjadi rombongan kami. Lalu kami menunggu beberapa lama. Sepuluh menit berselang, lima belas menit berselang, tiga puluh menit berselang, kami selingi dengan ramah tamah diantara kami. Tak lama kemudian pun diiringi dengan live music sekitar sepuluh meter dari meja kami dan sekitar 2 meter dibelakang kami ada sound system yang sangat mengganggu kami. Satu jam berselang, menu yang kami pesan tak kunjung datang, lalu kami selingi pula dengan mengajak anak-anak bermain di hand boat, masuk bola besar, naik becak mini dan permainan lain yang memang tersedia di rumah air. Tidak terasa sudah dua jam berselang dan perut kami pun mulai sangat terasa lapar. Para perempuan kebetulan duduk-duduk menunggu di meja makan, ketika kami kembali ke meja makan pada pukul 16.00 wib ternyata tak ada satu menu pun yang sudah tersedia, bahkan satu gelas minuman pun tidak diberikan kepada kami. Padahal sudah lebih dari tiga kali kami menanyakan ke pramusaji, "mana pesanan kami". Dijawab hanya, "masih dalam proses" Lalu isteri dari tamu kami itu coba menanyakan ke Meja Kasir, mana pesanan kami. Dijawab oleh mereka, bahwa untuk meja 21, 22 dan 23 nota pesanannya hilang, pramusaji meminta kami membuat nota pesanan ulangan. Dengan dongkol, gemetar dan lapar, akhirnya kami pun memesan kembali menu makanan dengan nota yang baru. Itupun, kami harus berulang kali ke meja Kasir, menanyakan pesanan kami, dijawab, "dalam proses". [caption id="attachment_157023" align="alignleft" width="300" caption="Pengunjung Rumah Air, Komplain karena pesanan tak kunjung datang"][/caption] Ternyata, tidak hanya kami yang diperlukan seperti ini. Ada beberapa pengunjung dan keluarganya pun diperlakukan tidak dilayani dengan semestinya dan harus menunggu sekitar dua jam lebih. Ada pengunjung yang datang belakangan ternyata dilayani lebih dulu dari kami. Â Bahkan keluarga ibu yang berjilbab warna magenta sebagai gambar disamping, dapat menu lebih bersamaan dengan kami, diberikan nasi dan menunya, namun tidak mendapat piring untuk menaruh nasi. Akhirnya keluarga ibu tersebut makan dari bakul nasi secara bersama-sama. Ironis memang, mereka datang dari jauh-jauh, untuk menikmati kulliner yang ada di Kota Bogor, namun harus gemetar dan dongkol. Tidak ada penyelesaian dari manajemen dengan sigap dan segera ketika kami harus bolak-balik menanyakan pesanan kami. [caption id="attachment_157024" align="alignright" width="300" caption="Sibuk menelpon mencari GM Rumah Air"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H