Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Editor - Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Money

Memajukan Sektor Pertanian Demi Meningkatkan Perekonomian

1 Oktober 2015   13:44 Diperbarui: 9 Juni 2017   12:18 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Petani mengangkut padi yang terendam setelah panen di Desa Jurong Peunjira, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. (Sumber gambar: SERAMBI INDONESIA DAILY/M. Anshar)"][/caption]Dari dulu hingga saat ini, sektor pertanian masih dipandang sebagai salah satu penggerak ekonomi nasional. Sayangnya, sebagai sektor yang memiliki peran penting dan signifikan dalam perekonomian Indonesia, pengembangan sektor ini masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara lain. Itulah sebabnya mengapa Pemerintah Indonesia dan seluruh pihak terkait perlu bekerja lebih keras sekaligus bahu-membahu dalam membangun sektor pertanian yang tak hanya berkualitas, tetapi juga berkelanjutan.

Memajukan sektor pertanian memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi tidak mustahil untuk dilakukan asalkan para petani mau berinovasi dan melakukan terobosan. Di sisi lain, pemerintah juga harus memberikan bantuan serta dukungan yang dibutuhkan. Salah satu terobosan teknologi dalam sektor pertanian Indonesia yang telah terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian adalah bioteknologi.

Bioteknologi merupakan pemanfaatan sumber daya hayati melalui proses modifikasi organisme atau rekayasa genetika. Sebenarnya, teknologi yang satu ini bukan pendatang baru di industri pertanian. Hanya saja, penerapan dan pengembangannya terbilang agak lambat, karena masih belum berhasil mendapatkan dukungan penuh serta izin resmi dari pemerintah.

“Sudah lama kita hidup dengan GMO yang merupakan hasil penerapan bioteknologi, kok. Mulai dari sabun, sampo, saus, bahkan kentang goreng. Tapi permasalahannya adalah karena memang belum banyak yang mengerti akibat minimnya informasi. Oleh karena itulah, bioteknologi dan GMO masih kontroversial. Yang jadi masalah bukan GMO-nya tetapi karena masih asing di mata dan kuping masyarakat. Kalau kita bertanya langsung kepada sejumlah asosiasi petani atau para petani, mereka oke-oke saja, selama bioteknologi memberikan keuntungan bagi mereka,” terang Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) Bustanul Arifin saat ditemui usai acara diskusi Sustainable Agriculture Landscape Partnership 2015 pada Rabu (16/9/2015) di Atamerica (@america), Pacific Place Mall, Jakarta.

Ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dari tanaman produksi rekayasa genetik (PRG), yaitu tahan air, tahan hama, tahan kekeringan, tahan pestisida dan memiliki tingkat keberhasilan panen yang lebih tinggi. Semua keuntungan tersebut tentunya akan sangat membantu melancarkan upaya peningkatan produksi pertanian yang akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya para petani.

“Bioteknologi itu terbagi menjadi dua, low biotech dan high biotech. Sebenarnya, yang low biotech sudah dipakai sejak lama. Misalnya untuk membuat kultur jaringan. Dengan kultur jaringan itu kita memperbanyak tanaman mulai dari tunas. Kalau yang top itu ada bibit SE namanya, yaitu somatic embryogenesis, yang dikembangkan untuk kakao dan kopi,” jelas Bustanul.

Setelah memberikan penjelasan singkat tentang low biotech, ia kemudian menerangkan apa yang dimaksud dengan high biotech, “Salah satu hasil high biotech adalah GMO atau genetically modified organisms. Caranya dengan memodifikasi organisme untuk tujuan tertentu, biasanya untuk menghasilkan tanaman yang tahan hama atau penyakit. Selain itu, bisa juga untuk tujuan khusus, seperti pengobatan.”

Bayangkan saja, tanpa perlu membuka lahan baru dan mengeluarkan biaya lebih untuk pestisida, para petani dapat menghasilkan panen lebih banyak. Hal itu terbukti dari akumulasi data yang dikumpulkan oleh lembaga riset PG Economics selama 17 tahun dengan periode 1996 – 2013. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan petani global dari 18 negara senilai Rp 1,895 triliun. Penggunaan pestisida pun menurun hingga 550 juta kg.

Pemaparan data tersebut sesuai dengan pernyataan Bustanul mengenai peran bioteknologi dalam memajukan sektor pertanian dan meningkatkan perekonomian Indonesia, “Kalau ditanya bermanfaat atau tidak, tentu saja bioteknologi itu sangat bermanfaat. Namun, yang harus menjadi perhatian itu apakah pengembangan bioteknologi itu sudah lolos uji keamanan, baik itu untuk lingkungan, kesehatan dan lain-lain. Nah, kita memiliki lembaga resmi yang menangani persoalan tersebut, yaitu Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik.”

Kemudian Bustanul menambahkan, “Saya setuju bahwa setiap produk bioteknologi perlu diberi label, karena bisa memberikan informasi kepada masyarakat. Nah, informasi itu sudah pasti informasi yang benar dan jelas. Bagaimana pun juga, masyarakat perlu diberikan informasi yang sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya.”

Bustanul sendiri berharap bahwa bioteknologi di Indonesia bisa lebih maju lagi pada masa yang akan datang. Sebab, kemajuan sektor pertanian dan peningkatan perekonomian Indonesia bergantung pada teknologi pertanian , seperti bioteknologi yang telah terbukti mampu memberikan solusi dan juga hasil yang nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun