Pada Rabu (13/1/2015) lalu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengundang sejumlah blogger mahasiswa dan media untuk datang ke Kafe BCA yang berlokasi di lantai 22 Menara BCA, Thamrin. Nah, apa yang terbesit dalam pikiran Anda saat mendengar kata kafe? Bisa jadi segelas cappucino atau sepotong kue.
Namun, Kafe BCA bukan sekadar kedai kopi yang identik dengan tempat kumpul bersama teman, melainkan sebuah acara talkshow. Acara bincang-bincang yang diadakan untuk pertama kalinya ini menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten di bidangnya, untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan seputar bisnis, ekonomi, keuangan dan perbankan. Dengan adanya peningkatan pemahaman tersebut diharapkan dapat menjadi bekal masa depan masyarakat Indonesia.
Adapun tema yang diangkat untuk Kafe BCA perdana ini adalah “Potensi dan Tantangan Generasi Muda sebagai Pelaku Usaha”. Sesuai dengan temanya, BCA mengundang tiga pembicara yang merupakan perwakilan kaum muda yang inspiratif, kreatif dan sukses. Mereka dalah Direktur The Wahid Institute Yenni Wahid, Ketua Tarang Taruna Goa Pindul dan pengelola wirawisata Goa Pindul Yudan Hermawan, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, pendiri dan pemilik Valo Waterless Car Care Elihu Nugroho dan pendiri dan pemilik Men’s Republic Yasa Paramita.
Dalam kesempatan tersebut, keempat narasumber berbicara banyak mengenai dunia wirausaha. Saat membuka acara, Jahja menekankan betapa pentingnya memberikan kesempatan kepada generasi muda Indonesia agar dapat terus berkembang untuk kemudian mengambil alih kepemimpinan bangsa. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan mendorong generasi muda yang inovatif dan kreatif untuk berkarier sebagai wirausahawan.
Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat rendah. Salah satunya penyebabnya adalah kurangnya dorongan dan dukungan dari keluarga maupun pihak sekolah. Hal tersebut diutarakan langsung oleh Jahja saat membuka acara Kafe BCA.
“Kalau Anda bertanya kepada generasi muda, pasti sebagian besar bercita-cita menjadi dokter, insinyur, atau PNS. Jarang sekali ada pelajar yang bercita-cita menjadi seorang wirausahawan. Karena anak-anak itu tidak mendapat encouragement dari keluarga, guru dan orang-orang di sekitarnya yang bisa menimbulkan keinginginan untuk menjadi seorang wirausahawan,” pungkas Jahja.
Setelah itu, para pembicara berbagi cerita pengalaman dan tips bermanfaat seputar dunia wirausaha, mulai dari cara memulai hingga mengembangkan bisnis yang mereka jalankan. Sosok inspiratif pertama adalah Yenny yang mendirikan Koperasi Cinta Damai Wahid, dan senantiasa berjuang untuk memberdayakan perempuan Indonesia, termasuk ibu rumah tangga dari keluarga yang kurang mampu.
Ada pula Yasa yang memulai bisnis fesyen pria pada usia 16 tahun karena tak ingin membebani orangtuanya. Sebelum memiliki label busana, pemuda kelahiran tahun 1995 ini memulai usahanya dengan berjualan busana dari Tanah Abang secara online. Keuntungan yang ia dapatkan kemudian digunakan untuk mengembangkan bisnisnya. Hingga pada akhirnya, terciptalah label Men’s Republic.
Berbeda dengan Elihu yang berhasil menciptakan formula pencuci mobil tanpa air yang terbuat dari bahan nabati. Lulusan manajemen komputer dan akutansi ini kemudian mendirikan jasa cuci mobil hemat air bersama dua temannya. Saat ini, Valo Waterless Car Care telah memiliki 33 cabang dengan sistem bisnis kemitraan. Yang lebih hebat lagi, terhitung hingga tahun 2015, Valo Waterless Car Care sudah mencuci 31.440 mobil dan menghemat 9.432.000 liter air atau sama dengan menghemat air untuk konsumsi 4.716.000 orang.
Terakhir adalah Yudan Hermawan yang bekerja sama dengan Bakti BCA untuk menggerakkan sejumlah pemuda setempat dalam mengembangkan pariwisata di desanya, tepatnya Goa Pindul yang berlokasi di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Berkat kerja keras dan keteguhan Yudan, kini sebagian besar warga Desa Bejiharjo tak lagi menganggur.
“Kita mungkin telah menjadi orang yang menikmati manfaat dari visi wirausaha muda ini dan ada banyak orang di antara kita yang telah dibantu oleh visi wirausaha mereka. Kami merasa menjadi bagian tak terpisahkan dari visi ini, karena BCA juga senantiasa berkomitmen untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat baik dalam aspek service excellence, personal development dan improving life,” tutup Jahja.