Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Editor - Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenali Bahaya Ginekomastia, IDI Kota Purbalingga Memberikan Informasi Pengobatan yang Tepat

30 November 2024   12:00 Diperbarui: 30 November 2024   12:50 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Nadzeya Haroshka dari iStockphoto

Paparan terhadap zat tertentu seperti alkohol dan narkotika juga dapat memicu ginekomastia. Selain itu, bayi laki-laki dapat mengalami ginekomastia sementara akibat paparan estrogen dari ASI ibu mereka. Penting bagi Anda untuk tetap selalu menjaga pola makan serta rutin berolahraga ringan setiap hari.

Apa saja obat untuk mengatasi gejala Ginekomastia?

IDI Kota Purbalingga telah merangkum cara mengatasi gejala ginekomastia, terdapat beberapa jenis obat yang dapat digunakan, tergantung pada penyebab dan keparahan kondisi tersebut. Berikut adalah obat-obatan yang umum direkomendasikan meliputi:

1. Obat Antiestrogen

Tujuh dari sepuluh pasien mengalami penurunan ukuran ginekomastia mereka karena clomiphene Sitrat. Clomiphene Sitrat adalah obat anti estrogen yang sering digunakan untuk mengurangi ukuran payudara pada pria dengan ginekomastia. Dosis penggunaannya adalah 50-100 mg sekali sehari selama hingga 6 bulan.

2. Inhibitor Aromatase

Jenis obat ini seperti Letrozole dan Anastrozole. Obat ini bekerja dengan menghambat konversi androgen menjadi estrogen, sehingga dapat membantu mengurangi pembesaran payudara.

3. Danazol

Danazol adalah obat androgen yang digunakan untuk mengatasi ginekomastia, biasanya diberikan dalam dosis 200 mg dua kali sehari. Namun, dapat menyebabkan efek samping seperti edema dan jerawat.

Sebelum memulai pengobatan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebab yang mendasari ginekomastia dan mendapatkan rekomendasi pengobatan yang tepat. Pengobatan harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu dan respons terhadap terapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun