Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Editor - Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Glaukoma Dapat Menyebabkan Kebutaan, IDI Kabupaten Brebes Memberikan Informasi Pengobatan yang Tepat

27 November 2024   14:00 Diperbarui: 27 November 2024   14:05 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riwayat cedera pada mata, baik akibat trauma fisik atau operasi sebelumnya, dapat meningkatkan risiko pengembangan glaukoma. Glaukoma adalah penyakit serius yang memerlukan perhatian medis segera untuk mencegah kehilangan penglihatan permanen. 

4. Pernah operasi mata 

Faktor terakhir terjadinya glaukoma adalah operasi mata atau cedera pada mata. Operasi mata atau cedera mata dapat meningkatkan risiko terjadinya glaukoma, terutama jika terjadi peradangan pada lapisan tengah mata (uveitis) atau cedera pada mata.

Apa saja jenis obat yang bisa dikonsumsi bagi penderita glaukoma?

Bagi penderita glaukoma, ada beberapa jenis obat yang bisa dikonsumsi untuk mengontrol tekanan intraokular dan mencegah kerusakan pada saraf mata. Berikut adalah beberapa jenis obat yang umum digunakan meliputi:

1. Obat Analog Prostaglandin

Latanoprost, Travoprost, Tafluprost, dan Bimatoprost adalah obat yang dapat bekerja dengan meningkatkan pembuangan cairan dari mata, sehingga menurunkan tekanan intraokular. Efek samping yang mungkin timbul antara lain perubahan warna iris mata, penglihatan kabur, dan pertumbuhan bulu mata.

2. Obat Inhibitor Karbonat Anhidrase

Jenis obat ini yaitu Brinzolamide, Dorzolamide, dan Acetazolamide mengurangi produksi cairan di mata, sehingga menurunkan tekanan intraokular. Efek samping yang mungkin timbul antara lain mata perih, penglihatan kabur, dan rasa pahit pada mulut. Penggunaan obat ini membutuhkan resep dari dokter.

Obat-obatan ini harus diresepkan oleh dokter dan penggunaannya harus dilakukan sesuai dengan petunjuk medis. Selain itu, penting untuk melakukan kontrol rutin ke dokter untuk memantau perkembangan kondisi dan menyesuaikan pengobatan jika diperlukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun