Jakarta, 12 Juli 2024 - Pendidikan di Indonesia terus menghadapi berbagai tantangan fundamental, seperti paradoks globalisasi, kesenjangan ekonomi, kualitas yang kontradiktif, dan divergensi kesempatan yang tidak terbuka luas.Â
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) per Desember 2023, jumlah penduduk di Indonesia adalah 280 juta jiwa.Â
Hanya 6,68% Â atau 18,74 juta jiwa yang menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Padahal, pendidikan yang lebih tinggi merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas masyarakat yang tentunya akan berdampak pada kondisi ekonomi negara.Â
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Topik inilah yang menjadi poin pembahasan Talkshow-1 Cakap Blitz (Business Leadership Talks) special HUT Ke-5.
Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2011-2014, tak hanya menekankan peran teknologi sebagai pendukung dalam pendidikan, namun juga pentingnya berkomunikasi secara global untuk menghadapi tantangan masa kini. "Kita harus lebih berinvestasi di apapun yang sifatnya itu scientific atau STEM (science technology engineering mathematics).Â
Tentunya juga dibekali kapasitas berkomunikasi, karena kalau kita tidak bisa berkomunikasi, kita hanya tahu sains saja kita tanpa bisa bernegosiasi," ujar Gita.
Sayangnya, mengenyam pendidikan yang berkualitas dan terjangkau bukanlah hal yang dapat dinikmati seluruh masyarakat Indonesia.Â
Seringkali, faktor ekonomi maupun geografis menjadi hambatan dalam mendapatkan ilmu yang berkualitas namun tetap ramah kantong. Hal ini tentunya merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dan mendapatkan solusi.
Menanggapi hal tersebut, Tomy Yunus, CEO & Co-Founder Cakap, menggarisbawahi pentingnya peran edtech dalam mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia.Â