Sebagai salah satu organ tubuh vital bagi manusia, kesehatan mata perlu dijaga. Mata kering atau dry eye adalah kondisi yang kerap disepelekan. Jika kondisi mata kering tidak ditangani, maka akan menimbulkan kerusakan yang serius dan permanen. Menurut hasil penelitian, perempuan lebih rentan terkena mata kering akibat faktor hormon. Untuk itulah Rumah Sakit Mata JEC mengadakan kegiatan pemeriksaan mata kering gratis untuk 1.000 perempuan dalam rangka Hari Kartini 2018.
"Lapisan air mata itu sangat penting karena keberadaannya paling luar dibandingkan kornea. Kondisi dry eye akan mengakibatkan air mata yang tidak seimbang. Apalagi perempuan berisiko lebih tinggi terkena dry eye akibat kadar esterogen yang semakin menurun saat memasuki usia menopause," ungkap dr. Nina Asrini Noor, SpM. pada saat acara Pemeriksaan Mata Gratis Hari Kartini di JEC @ Kedoya, Sabtu (21/4).
Dokter Nina menjelaskan bahwa gejala yang ditimbulkan seperti mata merah, mudah lelah, gatal, sensasi berpasir. Meskipun kondisi tersebut dinamakan dry eye, namun gejala yang ditimbulkan juga dapat berupa mata berair, lengket, dan banyak kotoran mata. Hal tersebut diakibatkan tidak seimbangnya produksi air mata yang diproduksi secara berkala setiap kali mata berkedip.
"Pada awalnya kita bisa menggunakan obat tetes mata. Namun penggunaan obat secara terus menerus dapat menimbulkan efek ketergantungan bahkan sampai menurunkan kualitas hidup." ungkap dokter lulusan Universitas Indonesia ini.
Lalu apakah yang menyebabkan seseorang terkena dry eye? Dry eye terjadi akibat kelainan multi faktor pada lapisan air mata. Faktor internal adalah faktor hormon pada perempuan, riwayat penyakit diabetes, dan penyakit mata lain. Sedangkan faktor eksternal antara lain lingkungan yang berdebu dan kering, terpapar asap rokok dan kendaraan, pemakaian lensa kontak, terlalu lama menatap layar komputer atau smartphone.
"Di antara ketiga kondisi tersebut, MGD menjadi penyebab tersering dry eye dan presentase kejadian MGD pada orang Asia lebih besar yaitu sekitar 46-70 persen. Itu karena suhu dan kelembaban udara wilayah Asia yang berbeda dengan Kawasan lain," kata Nina.
Untuk mengetahui kondisi mata kita apakah terkena dry eye atau tidak, dokter Nina berbagi tips yaitu dengan menatap suatu objek seperti huruf dalam sebuah kertas. Pandanglah objek tersebut selama 10 detik tanpa berkedip. Kemudian rasakan apakah mata menjadi kering, perih, panas, atau menghasilkan air mata berlebihan. Jika ada tanda tersebut, segera periksakan mata ke dokter mata.
Untuk mendeteksi dry eye, pasien harus melalui rangkaian tes, mulai dari mengisi kuesioner, Schirmer Test untuk menilai volume air mata, Tear Break Up Time (TBUT) untuk menilai stabilitas air mata, Ocular Surface Staining untuk menilai derajat peradangan dan kerusakan permukaan mata, sampai Tearscope dan Meibography untuk menilai kondisi kelenjar meibom di kelopak mata.
Layanan E-eye Intense Pulse Light (IPL) Therapy menjadi salah satu solusi mutakhir yang ditawarkan. Layanan tersebut fokus untuk terapi MGD untuk menstimulasi sekaligus memperbaiki fungsi kelenjar Meibom sehingga kualitas lapisan minyak dapat meningkat dan kadar penguapan air mata berkurang.