Bioteknologi kembali membuktikan kemampuannya dalam upaya penambahan produksi pangan dan kesejahteraan petani sekaligus pengurangan tekanan terhadap sumber daya tanah dan kerusakan lingkungan hidup. Hal tersebut dilakukan melalui peningkatan produktivitas pertanian secara intensif.
Menurut akumulasi data yang dikumpulkan selama 17 tahun sejak 1996 hingga 2013 dari 18 negara yang menggunakan tanaman bioteknologi, terjadi peningkatan pendapatan petani global senilai Rp 1.895 triliun serta penurunan penggunaan pestisida sebanyak 550 juta kg. Artinya, penggunaan herbisida dan insektisida dapat diturunkan hingga 19 persen. Sebuah perhitungan data pada tahun 2013 menunjukkan penggunaan bioteknologi telah berhasil menurunkan pelepasan karbon dioksida ke atmosfer sebanyak 28 miliar kg atau setara dengan peniadaan 12,4 juta mobil dari jalan dalam setahun.
Data tersebut dipaparkan secara langsung dalam seminar bertema “GM Crops: Global Socio-Economic and Environmental Impacts 1996 – 2013” atau “Tanaman Biotek: Dampak Global Sosio-Ekonomi dan Lingkungan Hidup 1996 – 2013” yang berlangsung pada Jumat (4/9/2015) lalu di Jakarta. Dalam penyelenggaraannya, Indonesia Biotechnology Information Center (IndoBIC) menjalin kerjasama dengan PG Economics, sebuah lembaga riset berpusat di Dorchester, Inggris.
Seminar ini menghadirkan Peneliti Utama PG Economics Dr Graham Brookes dan Anggota Komisi Keamanan Hayati untuk Produk Rekayasa Genetika (KKH PRG) Prof Bambang Purwantara. Keduanya berbagi informasi dan pengetahuan seputar terobosan teknologi biotek yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan memperbaiki lingkungan hidup.
“Bioteknologi memiliki potensi untuk meningkatkan produksi pangan, kesejahteraan petani dan mengurangi tekanan terhadap lahan dan lingkungan hidup melalui peningkatan produktivitas pertanian secara intensif dari setiap hektar lahan pertanian yang ada di Indonesia,” ujar Bambang.
Selain berdampak positif bagi lingkungan, tanaman bioteknologi juga telah terbukti mampu memberikan manfaat nyata di sektor ekonomi. Hal itu terlihat dari besarnya peluang para petani di negara berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dengan menghasilkan panen lebih banyak dan sumber daya yang lebih sedikit.
“Pada tahun 2013, tahun ke-18 dari adopsi tanaman bioteknologi, terbukti bahwa bioteknologi terus membuat pertanian lebih produktif, pendapatan petani menjadi lebih tinggi, dan lingkungan hidup menjadi lebih baik. Manfaat yang besar ini terus dirasakan oleh petani dan masyarakat desa di negara-negara berkembang,” pungkas Graham.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H