Ada yang menarik dari serangkaian perayaan misa malam Natal kali ini yang bertempat di Kapela Kampus Universitas Sanata Dharma. (24/12). Walau sempat diguyur hujan beberapa saat sebelum misa berlangsung, tidak melunturakan antusias umat yang hendak merayakan malam kelahiran Sang Juru Selamat.
Sebelum doa pembukaan dimulai, misa diawali dengan sebuah tarian adat yang dibawakan oleh mahasiswi Sanata Dharma. Dengan membentuk lingkaran di dekat Altar para wanita itu menari dan sesekali berteriak histeris yang menggambarkan jerit tangis masyarakat Indonesia yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Perayaan misa kali ini memang berbeda dengan misa- misa malam Natal sebelumnya. Misa kali ini lebih diperuntukan bagi umat di seluruh Indonesia yang belum bisa merasakan hidup yang layak sebagaimana sejahtera yang mereka impikan dan sejahtera yang di janjikan pemerintah dulu.
Oleh Romo pemimpin misa malam Natal dalam kotbahnya menyarankan agar kita semua umat Kristus di mana pun berada untuk jangan menutup mata hati kita dengan keadaan saudara/saudari kita yang saat ini masih mengalami kesulitan dan belum bisa keluar dari kesulitan itu. “jikalau kita tidak bisa membantu mereka dengan tenaga kita maka korbankanlah waktu kita beberapa menit saja untuk mendoakan mereka”. Karena tidak ada yang tidak mungkin di mata Tuhan.
Kurangnya perhatian pemerintah akan beberapa persoalan di tengah masyarakat Indonesia memang bukan lagi hal baru. Terkadang pemerintah negara ini lebih mementingkan dirinya sendiri.
Kutipan doa umat malam Natal (bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.)
Ya Bapa, berkatilah Negara kami, semoga terbebas dari konflik serta mampu bangkit dari keterpurukan. Berkatilah pula para pemimpin negara kami agar semakin mampu menyejaterakan masyarakat dan tidak hanya memperkaya diri sendiri. Amin, semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H