Kelapa Sawit. siapa yang tidak kenal tanaman yang satu ini? Tanaman yang berasal dari Afrika yang kemudian menjadi salah satu penghasil komoditi terpenting bagi dunia. Tanaman dengan nama latin Elaeis guineensistumbuh di daerah tropis  dengan ketinggian  0  - 500 meter dari permukaan laut salah satunya di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh mencapai 24 meter dan menghasilkan buah bahan baku pembuatan minyak goreng. Daerah persebaran kelapa sawit di Indonesia meliputi Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi , dan Papua.
Kelapa sawit masuk Di indonesia tahun 1848 pada saat penjajahan Belanda dan biji pertamanya di tanam di bogor kemudian masuk ke Nias tahun 1870 sebagai tanamam hias di tepi jalan. Lalu tahun 1911 seorang  berkebangsaan Belgia bernama Adrien Hallet, diusahakan dan membudiyakan kelapa sawit di Hindia Belanda ( Indonesia pada saat itu) yang bertempat di Nias dan Aceh seluas 5123 ha .Hal  ini menjadikan ia sebagai perintis kebun kelapa sawit pertama di Hindia Belanda.
Pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng yaitu berawal dari 3 proses yaitu Proses Perebusan (Sterilizer) adalah proses dimana buah sawit direbus dengan tujuan mengurangi kadar airnya dan Melunakkan dagingnya agar memudahkan proses theser. Kemudian Proses Penebah (Threser Process) adalah proses melumatkan, memanaskan, dan memeras buah sawit yang bertujuan untuk mempermudah pengaliran dan pemisahan minyak. Lalu Proses Pemurnian Minyak (Clarification Station) dimana minyak yang sudah diperas, disaring dari kotoran dan air lalu dipanaskan sebesar 95 C.Tujuan dari proses ini adalah untuk membuang air dari minyak agar didapat minyak goreng murni.
Minyak bumi memiliki keterbatasan di bidang ketesediaan dan lama kelamaan akan habis. Selain itu, minyak bumi menghasilkan polusi karbon dunia terbesar di dunia. Jika Minyak bumi habis maka dunia tidak akan bergerak. Hal ini dapat dicegah dengan mengunakan bahan bakar alternatif seperti bioetanol. Bioetanol didapat dari hasil fermentasi limbah pengolahan kelapa sawit atau juga tanaman lain seperti jagung .
Selain ketersedian bahan produksi biofuel banyak, polusi yang dihasilkan pun sedikit sehingga ramah terhadap lingkungan. Juga memakai bioetanol dalam kendaraan bermotor atau bahan indistri lainnya akan mengurangi ketergantungan akan bahan bakar fosil dan akan mengurangi polusi udara dunia dalam jangka panjang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H