Hari ini adalah pengakuan
Dari membuka hati dan kejujuran
Jawaban atas tanyaku kau gantung pada langit malam tak keruan
Degub jantung tak berdesir lagi
Padahal mata menawarkan aroma wangi
Dan romansa ku terpecah oleh embun pagi
Puisiku patah pada dini hari
Fatamorgana dan juga ilusi
Memintal indah bayang di pelupuk pagi
Jika tangis kulayangkan untuk meratapmu
Apa artinya doaku pada Ilahi atas hadirmu?
Tak segalanya yg kau ingin adalah milikmu
Ia siapa dan MENGAPA Tuhan hadirkan sosok menawan tak sempurna untuk kau rindu
Sedari pamana samudra dan laut biru
Adalah keindahan yg harus selalu kau tahu
Sebenarnya adalah kata yg benar adanya tak sempat terucap
Tertahan di antara rongga dada dan terkesiap
Lalu hatiku, apakah harus meratap?
Tak mungkin kesedihan ini hanya karena sejuta tanyanmu yg cakap
Menenggelamkan topik yg kita ucap
Menjadi celoteh dan cuap
Sebuah pertanyaanku mengikis pintu hati
Entah runtuh terpecah dan terbagi
Atau bahkan lenyap tanpa elegi
Sungguh terasa pelik bagimu tuk bernyanyi
Menjulang ke angkasa bersayap pelangi
Aku menungguinya
Jangan buat ku bertanya
Untuk terakhir kalinya
Kumohon sudikah kiranya
" AKU MENGECUP DEBU DI UJUNG SEPATUMU wahai pesona ?
Aku tunggu hingga kau menjawabnya
#kertek 04/05/2021 9:12 p.m
 untuk Rena
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H