Mohon tunggu...
Adul Saja
Adul Saja Mohon Tunggu... -

Selalu ada cerita, di balik peristiwa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hore, Presiden Ga Ngambek Lagi

1 Oktober 2010   19:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:48 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seri Ada Canda di Istana

(Baca cerita sebelumnya, “Maaf, Presiden Lagi Ngambek”)

Gara-gara kejadian jumpa pers tadi, presiden nampak susah untuk tersenyum, di ruang kerja, waktu makan siang, bahkandidalam mobil kepresidenan, presiden masih terus diam dan cemberut. Asisten presiden yang selalu setia disamping presiden, jadi serba salah, apalagi ingat jumpa pers tadi, si asisten presiden merasa bersalah.

Selama perjalanan dari istana menuju rumah kediaman, presiden terus cemberut, suasana di mobil kepresiden menjadi kaku, tak ada canda, atau cerita, hanya sirine pengawal presiden yang meraung bersautan suara yang terdengar.

‘Zul…. Telpon mensesneg, suruh kerumah malam ini juga’ akhirnya presiden bersuara, walau terdengar murung, namun memecah keheningan. Zul Supasa, sang asisten presiden girang bukan kepalang, mendengar presiden akhirnya bersuara lagi, dengan senyum girang dia menoleh kebelakang, ‘Telpon mensesneg sekarang bos?’ Tanya Zul sambil terus cengengesan girang. ‘Iya, sekarang’ jawab presiden sambil memalingkan pandangan ke jendela. Tampaknya presiden tidak mau melihat tampang asistennya. Walaupun presiden tak mau melihatnya, si asisten tetap aja seneng, dan langsung menghubungi mensesneg lewat ponselnya.

Di luar sana, seluruh stasiun Tivi kompak menyiarkan rekaman jumpa pers di istana tadi pagi, rekaman adegan presiden lari meninggalkan ruang jumpa pers sambil menutup muka, di tayangkan berulang-ulang, begitpun analisis kejadian, setiap stasiun tivi berlomba menghadirkan pengamat yang kompeten, untuk menganilisis tindakan presiden itu. Berbagai analisa dikeluarkan, dari sisi politik, hukum, bahkan infotainment. Sedangkan, di rumah-rumah, warung, hingga café, setiap orang yang menonton tivi, tertawa, menertawakan presiden.

Dikediaman presiden, pejabat-pejabat negara penting sudah berkumpul, Mensesneg Budi Disalahin duduk di kursi tengah, disampingnya ada kepala polisi BSD, konsultan politik andalan presiden, Sul Malahmeleng pun hadir, tidak ketinggalan, sang asisten presiden, duduk paling pojok membelakangi pintu, asik dengan BB-nya sambil sesekali nyengir.

“Kau, negara genting gini masih sempet liatin video, video apa nih?” suara Andri Malahmeleng, orang kepercayaan presiden yang baru saja datang memecah kesunyian, sambil menarik BB dari tangan Zul Supasa, dia langsung duduk. ‘Busyet Zul, lu udah dapet aja nih, kirim yah’ ujar Andri setengah berbisik sambil melotot memandangi Video di BB Zul, Zul hanya bisa cengengesan, ‘Katanya ada 32 video lagi, punya kau zul, kirim juga yah’.

Rapat pun dimulai, semua tampak serius, masing-masing memberikan pandangan, sesekali mereka menelpon seseorang, lalu meneruskan rapat lagi, dan begitu seterusnya.

Diruangan lain, presiden berbaring, lima orang dokter mengelilinginya, dengan hati-hati para dokter melakukan tindakan medis, mengangkat jerawat presiden. Setelah beberapa jam, akhirnya tim dokter menyelesaikan pekerjaannya, presiden mengambil cermin, dia senyum tanda puas, setelah mempersilahkan tim dokter keluar, presiden pun beranjak, dan bergabung dengan orang-orang dekatnya yang sedang rapat.

‘Gimana, sudah selesai, apa solusinya?” mendengar suara presiden, semua orang menghentikan pembicaraan, dengan wajah cerah, Mensesneg Budi Disalahin menjawab ‘Oh, sudah pak, silahkan duduk, biar BSD yang jelasin’

Presiden duduk, menyimak sambil manggut-manggut pemaparan BSD, di pojok, Andri tampak sibuk, menunjukan isi BB-nya ke Zul, ‘Gila lu bro, anak itu ada rekamannya juga yah, punya aja lu, bagi dong’.

Keesokan hari, di pagi hari,Istana kembali heboh, wartawan sudah berkumpul di istana, lebih banyak dari biasanya, tidak ada canda, semua tampak tegang. Si Wartawan infotainmen itu pun ikut hadir, dan juga tegang, tidak terlihat dia ngupil seperti kemarin.

Mensesneg duduk didampingi BSD dan beberapa pejabat lain, dan dia pun memulai jumpa pers, yang tanpa ada satupun senyuman, semua tegang. Tampak sesekali BSD menujukan photo wajah presiden yang terdapat tulisan “target” dibawahnya, juga beberapa benda lain yang berjejer didepan meja.

Jumpa pers yang ditayangkan langsung seluruh stasiun tivi itu, menyedot perhatian seluruh orang, di rumah, warung hingga café, seluruh orang yang menonton tegang, kaget, dan marah, banyak pula yang mengumpat, mengutuk teroris yang baru saja dijelaskan oleh BSD sudah menarget presiden, dengan cara baru, santet.

Setelah itu, semua orang heboh, marah, dan banyak juga yang menggelar do’a akbar lawan santet, untuk melindungi presiden dari serangan santet teroris. Dengan seketika, tidak ada lagi orang tertawa melihat tayangan presiden lari sambil menutup muka, demo mengutuk teroris pun digelar, ibu-ibu menangis melihat kejamnya teroris yang berencana menyantet presiden.

Sementara itu ditempat lain, tepatnya diruang kerja presiden, seluruh orang tertawa bahagia, sambil terus memperhatikan layar-layar tivi, yang menayangkan seluruh siaran stasiun tivi. Mereka tampak puas, seluruh orang menyalami BSD, yang menjadi pahlawan hari ini, tak ketinggalan presiden, menyalami BSD ‘he he he he, hebat kamu memang BSD, he he he’ BSD tampak malu-malu mendapat pujian dari presiden, dia mendekat dengan setengah berbisik dia berkata ke presiden ‘makasih pak, tapi untuk urusan rekening itu gimana’ mendengar bisikan itu dan kedipan BSD, presiden tersenyum ‘Beres..entar ada yang ngurus’. BSD pun tertawa tambah keras, juga yang lain, sedang di pojok, Andri Malahmeleng dan Zul Supasa sibuk dengan BB mereka.

# # #

Cerita sebelumnya "Maaf Presiden lagi Ngambek"

(tulisan ini hanyalah imajinasi penulis, bila ada kesamaan nama, karakter, atau kejadian, atau apapun yang sama,  mungkin itu ga sengaja masuk ke imajinasi penulis, sorry yeh)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun