Mohon tunggu...
Angelia Dewi Safira
Angelia Dewi Safira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa Komunikasi yang suka berorganisasi, mencoba hal baru, suka menonton film, periang, dan suka bersosialisasi atau mendalami segala sesuatu yang berkaitan dengan budaya, seni, dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Film

The Tinder Swindler, Terjerat Pria Tampan yang Berbahaya

24 Januari 2024   04:37 Diperbarui: 24 Januari 2024   05:29 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

"The Tinder Swindler" adalah sebuah film dokumenter yang memaparkan kisah menarik dan mengguncangkan tentang Simon Leviev, seorang penipu yang memanfaatkan kepercayaan individu yang ditemuinya di aplikasi kencan Tinder. Film ini dengan cermat mengungkapkan rincian skema rumit Leviev, menggabungkan wawancara, kesaksian, dan unsur penyelidikan untuk menciptakan narasi yang memikat. Film ini menyoroti dampak emosional dan finansial yang dialami oleh para korbannya, menekankan bahaya dari penipuan online. Meskipun film ini mendapat pujian karena penyampaian ceritanya yang menarik, beberapa kritikus berpendapat bahwa film ini bisa lebih mendalam dalam menjelajahi aspek psikologis dari pengalaman para korban.

Secara keseluruhan, "The Tinder Swindler" berfungsi sebagai kisah peringatan, menyoroti kerentanan dalam hubungan online dan pentingnya sikap skeptis di era digital. Di akhir dokumenter, diceritakan Simon yang memiliki nama asli Shimon Yehuda Yahut ditangkap dan dipenjara. Sayang hukuman yang ia dapat terlampau kecil dibanding penderitaan yang korbannya rasakan. Di saat Simon bebas dan bisa kembali ke kehidupannya, ada banyak perempuan harus membayar hutang atas uang yang tidak mereka pakai.

Film dimulai dengan baik dan menarik. Membuat penonton sedikit bingung karena film tersebut tampaknya mengaburkan realitas dan fantasi, seperti yang dialami para korban. Sehingga seolah-olah tidak seperti film dokumenter. Plot film dokumenter ini mengalir secara natural. Peralihan antar korban juga tidak aneh. Metode yang digunakan Simon sama dan dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan. Terdapat fakta, bahwa Simon sebelumnya pernah dipenjara karena selingkuh dengan tiga wanita asal Finlandia. Sayangnya, kejadian tersebut hanya diberitakan di media Finlandia, dan bahasanya jelas tidak dapat dipahami orang lain. Simon juga menipu orang-orang di negara lain yang ragu atau malu untuk angkat bicara. Oleh karena itu, Simon bisa terus bergerak bebas di negara lain.

Terbatasnya kewenangan polisi di beberapa negara juga melemahkan kasus ini. Setelah Cecily menemukan keberanian untuk berbicara, Pernilla akan membantu pers yang dihubungi oleh Cecily, dan Irene akan mengajukan tuntutan terhadap Simon, dan pada akhirnya penipu ini tertangkap. Keberanian ketiga orang ini dan pentingnya peran media ditonjolkan di akhir film. Rasanya seperti sedang menonton film superhero atau mata-mata, namun film ini diambil dari kenyataannya. Hal ini membuat menonton film menjadi lebih menyenangkan.

Film ini mengisahkan tentang penipuan yang dilakukan dengan saluran media Tinder. Tinder merupakan aplikasi yang digunakan oleh perempuan dan laki-laki untuk mencari jodoh atau pacar, bahkan Tinder digunakan seseorang hanya untuk bersenang-senang belaka. The Tinder Swindler menampilkan tokoh utamanya seorang laki-laki bernama Simon Leviev. Di film ini Simon digambarkan sebagai seorang yang rupawan dan seolah memiliki banyak kekayaan sehingga ia dikagumi oleh banyak wanita di Tinder. Namun, kekayaannya itu adalah suatu kebohongan yang digunakannya untuk menipu para korbannya. Korban Simon adalah para wanita yang bermain Tinder dengan tujuan untuk meraup keuntungan finansial. Modusnya dilakukan dengan berpura-pura menjadi anak dari konglomerat yang dikenal sebagai anak raja berlian Lev Leviev. Simon Leviev memiliki wajah yang tampan sehingga menjadi modal bagi Simon dalam melancarkan aksinya jahatnya. Parahnya, para korban tidak memiliki kecurigaan sekalipun.

Aksi penipuannya dilakukan di aplikasi Tinder, para korban yang tergolong wanita ini memiliki harapan yang sama yaitu mendapat cinta dari pria kaya secara instan di aplikasi Tinder. Para wanita yang menjadi target Simon, mereka sama-sama terpikat pada rupawan dan harta yang nampaknya seolah-olah dimiliki oleh Simon Leviev. Simon Leviev dikenal sebagai rupawan yang kaya raya, maka ia memamerkan di media sosialnya yang kontennya berupa jet pribadi, mobil, pesta mewah, serta pastinya wajah tampan. Semua ini merayu dan menipu korban wanitanya terutama ketiga perempuan korban Simon. Ketiga wanita yang menjadi korban Simon inilah yang pengalamannya akan dibagikan di film ini.

Pengakuan dari Simon yang mengatakan sebagai putra pemilik perusahaan Lev Leviev, yang dikenal di Israel sebagai bocah berlian. Kelicikan yang digunakan Simon Leviev yakni mencoba mencocokkan profilnya dengan calon korban di aplikasi kencan. Dengan menghadirkan gaya hidup mewah, Simon mampu memikat wanita terperosok ke lubang tipu dayanya. Hingga suatu hari, seorang wanita yang memenuhi kriteria Simon dan tertarik padanya mengajaknya kencan, dimulai dengan perkenalan manis dan pertemuan bergaya elit. Para korban yang telah terpikat pada Simon hampir semuanya diperlakukan sama.

Para korban wanita tersebut diperlakukan manis dengan dimanjakan dengan kencan yang berfasilitas mewah. Tidak apa jika Simon harus berkorban banyak di awal garis startnya karena itu hal yang menurutnya penting dengan menciptakan kesan sempurna. Anggap saja itu sebagai umpan pancingan untuk menarik kepercayaan sang korban. Ada faktor pendukung lainnya yang dimiliki Simon yakni fisik dan rupa, pasalnya didukung dengan parasnya yang cocok sebagai kalangan kelas atas dan elit.

Untuk memulai garis start, Simon dan calon korbannya merencanakan kencan seperti dinner yang eksekutif dan bernuansa romantis. Padahal hampir semua korbannya diperlakukan sama dengan mengajak kencan manis. Bukan main yang ditawarkan oleh Simon adalah bukan kencan sembarangan tetapi kencan yang meninggalkan kesan sangat mahal kepada para wanitanya. Bahkan, tempat-tempat digunakan hanya yang dianggap dan hanya bisa diakses oleh kalangan atas. Simon juga sering mengatur makan malam mewah dan bermalam di hotel bintang lima untuk meyakinkan korbannya agar ikut rencana jahatnya. Setelah korban yakin bahwa Simon kaya, Simon langsung memikirkan strategi berikutnya secara halus tapi pasti untuk mendapatkan keuntungan terbesar dan mengembalikan modal kencan di awal.

Simon berhasil merebut hati para wanita tersebut. Dengan menciptakan hubungan romantis yang dikatakan penuh kebohongan, korbannya pun tidak ada yang curiga kepadanya. Simon pandai mempermainkan emosional para wanitanya, seolah serius menjalin hubungan romantis penuh cinta dan kemewahan. Hal besar yang diraih Simon adalah kepercayaan pada setiap korbannya. Karena apapun yang keluar dari mulut Simon sudah diyakini kebenarannya.

Simon mulai merekayasa sebuah drama yang ia gubah sendiri. Simon menyelewengkan banyak hal pada para korban perempuannya dengan menciptakan cerita yang bohong. Bermain emosional, rasa empati dan kepercayaan Simon berhasil mengkhianati mereka. Simon tampaknya sedang berjuang dan berada dalam krisis, sehingga ia membutuhkan bantuan keuangan untuk mempertahankan kehidupan dan bisnis yang dijalankannya. Dari sini dimualaikan scenario terbesar dari penipuan ini. Simon mulai menawarkan banyak permintaan, seperti berinvestasi dalam usaha bisnisnya, dan korban perempuannya bersedia memenuhinya secara gratis. Skenario itu berdampak mulai dari Simon mendapat ATM atau kartu debit dari para kekasihnya karena dia berbohong. Kebohongan yang dikatakannya seperti kartu debitnya belum bisa digunakan karena dalam masa pelariannya atau kartunya telah hilang. Karena dianggap sebagai kekasih Simon dan curhat pada wanitanya, akhirnya korban melakukan segalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun