Mohon tunggu...
alvian duta sontani
alvian duta sontani Mohon Tunggu... -

yang penting nulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

030211

4 Maret 2011   16:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:04 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti biasa, matahari
menamatkan mimpiku semalam
ia menawarkan begitu banyak
pilihan dlm siang
lanjut, atau ku hentikan peran?
Sepasti yang tak
pasti,membingungkan.
Matahari membuka mataku dengan
paksa;oleh sinarnya.
menyajikan sarapan luka sepasti
jelaga
memisahkan cinta yang sudah
terbangun lama
ayah dimana..? lalu ibu berkelana
kembali ku teguk secangkir kopi
berkali-kali, kubiarkan ia menyapa
tubuhku
memberi sentuhan kehangatan .
Menahan tanya yang menghujami
pikiran
menabur air mata kebencian
lalu kuhampiri cinta yang baru
kusinggahi
kosong tak ku temui arti
tempat sandaranku kini penat
membosankan seperti pekat
jangkrikpun memulai tembang
sambil menari
dimana rotasi sedang terjadi di
bumi permukaan
siap menghantarkan lelah sisa
perjuangan
namun luka sedia utk ber angan
bulan, merangkulku dgn nyaman.
Membingungkan.

Lalu aku terhancurkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun