Memikirkan segala hal yang bertema kesehatan di zaman sekarang selalu membuat saya termenung. Ada-ada saja pemberitaan yang memicu tanda tanya, kontroversial dan cenderung ke arah aneh. Kedok kesehatan selalu digunakan oleh pakar-pakar tertentu untuk mengaburkan sesuatu yang lebih bermakna di balik itu semua. Contohnya saja tentang bahaya merokok. Para pakar menyatakan bahwa merokok dapat membunuh manusia secara perlahan, sebab terdapat ribuan zat adiktif berbahaya di dalam setiap batang rokok. Perokok akan memiliki usia yang relative pendek dari pada yang tidak merokok? Benarkah? Berarti yang merokok lebih cepat mati? Pada seminar bertema kebangsaan di kampus Unpad Bandung, Bupati Purwakarta pernah berseloroh : “pernyataan ahli kesehatan luar negeri itu hanya bernada kecemburuan semata. Tidak benar itu kalau merokok berhubungan dengan usia, toh kakek saya perokok hingga usia lanjut tetap eksis tuh. Mereka hanya iri karena tembakau Indonesia kualitasnya nomor wahid!”. Selain itu, para ulama PBNU tidak akan mengharamkan rokok hingga hari kiamat. Terdapat 4 alasan yang beliau-beliau kedepankan. Kalau tidak percaya, silahkan cek di harian merdeka online tertanggal 17 Desember 2013.
All About Bra
Lanjut kita pada fenomena yang lain. Kaum hedonis barat melalui pakar-pakar kesehatannya berusaha mempopulerkan No Bra Day.. Ini apa artinya? Sekelompok wanita berkeliaran dengan tidak menggunakan alas dada! Kedok yang coba disosialisasikan adalah dengan langkah ini wanita di dunia memberikan bentuk solidaritas bagi penderita kanker payudara. Kenapa harus dengan ‘bertelanjang alas dada’ seperti itu? Bagaimana jika para wanita langsung menggalang dana besar untuk para pengidap penyakit mematikan itu? Toh, para wanita bisa pergi ke rumah sakit terdekat dengan pakaian lengkap (pakai bra tentunya), untuk menjenguk dan memberikan santunan langsung pada pasien kanker. Ada lagi fenomena yang akan berlangsung di hari Valentine bulan ini. Anda tahu itu apa? Lomba lari marathon berpasangan dengan hanya menggunakan bra di bagian atas tubuh! Pendaftaran dilakukan oleh tiap peserta mulai hari Valentine, dan pelaksanaan event akan digelar bulan Juli. Untuk menutupi kedok itu, lagi-lagi digemborkan bahwa kegiatan tersebut adalah sebuah amal untuk penyandang kanker. Lagi pula yang memakai bra bukan wanita saja, tetapi pihak pria pun harus memakai bra. WTF?
Kedok itu Selalu Ada
Sebenarnya apa yang ada di balik kedok kesehatan yang mewarnai dunia saat ini? Saya kadang berpikir dunia sudah tidak pernah lepas dari perang kepentingan. Selalu ada dampak jauh di depan yang berusaha mereka akomodasi. Jika masyarakat Indonesia kini baru berpikir tentang apa yang bisa dimakan pagi ini, maka mereka sudah memikirkan bagaimana cara rakyat Indonesia tidak menyadari apa yang mereka makan beserta pemikiran yang harus ditanamkan pada dunia. Mereka berusaha mengarahkan perhatian dunia pada apa yang mereka inginkan. Dampak yang terjadi sebisa mungkin harus menguntungkan mereka di segala lini kehidupan. Bayangkan saja, dari isu kesehatan itu malah kaidah moral tentang berpakaian akhirnya tertutupi. Kita dipaksa secara alam bawah sadar untuk menerima bahwa gaya seperti itu sangat lazim. Gaya seperti itu harus menjadi tren, karena itu adalah untuk amal kebaikan. Jadi, jargon mereka bisa jadi “dari kesehatan untuk kebaikan dan pengakuan negara”. Alangkah baiknya Indonesia memproduksi pakar-pakar kesehatan yang mandiri, tidak berkiblat pada dunia barat. Para pakar yang bisa memahami tugasnya, multidisiplin, mengerti yang mana konspirasi dan yang mana kebenaran hakiki. Amin.
Salam dari Orang Awam yang Peduli.. Selamat Berakhir Pekan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H