Mohon tunggu...
Audrey Vinadya Tukaeja
Audrey Vinadya Tukaeja Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

bio harus diisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangga Sisi Kanan adalah Jalan Untuk Dewa

30 Oktober 2023   21:48 Diperbarui: 31 Oktober 2023   21:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unsplash.com/

Pagiku lagi-lagi harus terganggu, setiap hari nenek memintaku untuk menaruh makanan persembahan ini untuk dewa di kuil dekat rumah kami, jarak kuil dari rumah kami memang tidak jauh tapi begitu melihat anak tangga rasanya aku ingin kembali pulang ke rumah. Lagipula nenekku terlalu fanatik kalau ku taruh makanan ini di kuil pun bukan berarti sang dewa sendiri yang akan memakannya, kenapa aku harus melakukan ini setiap pagi.

Aku mengeluh sekarang tapi aku akan tetap naik ke atas dan menaruh makanan ini di kuil, seperti biasa aku menaiki tangga sisi kiri meskipun aku pikir semua ini merepotkan dan aku tidak terlalu memiliki kepercayaan pada dewa dan segala hal mistis lainnya tapi karena sudah menjadi kebiasaanku sejak kecil aku tetap melakukannya.

Nenek berkata "Tidak boleh injak sisi kanan tangga di kuil, itu adalah sisi untuk para dewa lewat.. nanti kamu menghalangi jalan mereka" itu adalah salah satu hal yang paling sering nenek ucapkan padaku sewaktu aku kecil.

Jujur aku tidak terlalu mengerti agama dan kepercayaan para pengikut suatu agama, bagiku aku lahir kedunia ini dan menjadi pengikut suatu kepercayaan karena itulah kepercayaan orang tuaku, aku sendiri tidak merasakan ketertarikan atau pun keterikatan pada agama tersebut.

Banyak orang yang membicarakan tentang keajaiban tuhan tapi aku tidak merasa aku pernah merasakan hal tersebut, jujur aku sendiri berpikir bagaimana luar biasa semua hal yang kulihat sekarang tercipta akan tetapi penjelasan secara logika manusia saja sudah membuatku puas. Aku tidak bermaksud menjadi ateis tapi ntahlah aku sendiri tidak paham jalan pikiranku. 

Tanpa di sadari aku sudah sampai di depan kuil, aku menaruh makanan persembahan yang nenek siapkan. Tiba-tiba rasa penasaran mengalir, aku ingin mencoba sesuatu. Aku mencoba berdoa, aku merapatkan tanganku dan menutup mataku, "AKU! MAU! LIHAT! KEAJAIBAN!" ucapku sambil teriak, aku membuka mataku perlahan seperti dugaanku tidak ada yang terjadi, sedikit kecewa rasanya tapi aku tidak mau mengakuinya.

Aku membalikkan badanku dan melangkah ke sisi kanan tangga, aku memutuskan untuk turun dari sisi kanan. Fwoosh angin kencang berhembus, aku merasa seperti terdorong, kalau terjatuh aku pasti mati! Ah.. aku bisa melihat kilas balik kehidupanku.

Suara tangisanku saat aku pertama kali terlahir ke dunia ini, bagaimana wajah ibuku saat pertama kali melihatku, ayahku yang menangis dan tidak kuat menggendongku, wajah mereka yang bahagia melihatku untuk pertama kalinya.

Nenek yang menggenggam tanganku saat pertama kali aku melihat kuil, nenek memberiku sebuah jeruk, ayah menggendongku disaat aku kelelahan, ibu merawatku ketika aku sakit, Ahh.. terlahir adalah sebuah..

Aku kembali tersadar! "Bahaya! Aduh.." suara seorang lelaki "Kamu baik-baik saja? Nak?" hal yang pertama kali kulihat adalah langit, lalu kepala botak? oh.. biksu. "Tadi aku.. mau jatuh" suaraku gemetar, aku masih tidak bisa percaya apa yang baru saja kulihat tadi itu adalah kilas balik kehidupanku yang artinya tadi aku hampir mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun