Oppenheimer, yang kemudian dikenal sebagai "Bapak Bom Atom."Â
Pada suatu masa yang kelam di awal abad ke-20, dunia menjadi saksi peristiwa yang menandai era baru dalam sejarah umat manusia. Saat itulah lahir seorang ilmuwan yang bernama J. RobertKisahnya bukan sekadar tentang gelar dan reputasi yang ia raih, melainkan perjalanan yang memotivasi dan mengingatkan kita akan kekuatan ilmu pengetahuan serta dampak dari keputusan yang kita ambil.
Robert Oppenheimer mengawali perjalanan hidupnya di kota New York pada tahun 1904. Dalam perjalanannya mengarungi dunia ilmu pengetahuan, ia menempuh pendidikan fisika di Universitas California, Berkeley, dan melanjutkan studinya di Universitas Cambridge di Inggris. Prestasinya dalam pendidikan dan penelitian yang cemerlang membawanya menjadi profesor di Universitas California, Berkeley.
Namun, pada tahun 1942, hidup Oppenheimer mengalami titik balik saat ia direkrut oleh pemerintah Amerika Serikat untuk memimpin kegiatan super rahasia yang disebut Proyek Manhattan. Proyek ini difokuskan untuk mengakhiri Perang Dunia II dengan cara cepat.
Kecerdasan dan pengetahuan yang dimilikinya dalam ilmu fisika mengantarkan Oppenheimer menjadi pemimpin kegiatan maha penting itu di laboratorium Los Alamos, New Mexico, Amerika Serikat.
Proyek Manhattan yang dipimpin oleh Robert Oppenheimer hanya membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk membuat bom atom pertama di dunia. Dengan dukungan tim ilmuwan dan insinyur terbaik, proyek ini menyelesaikan tugasnya pada tahun 1945 setelah dimulai pada tahun 1942.
Pada tanggal 16 Juli 1945, hari yang mengubah sejarah, bom atom pertama diuji coba di New Mexico. Cahaya yang menyilaukan dan ledakan dahsyat menjadi saksi atas terwujudnya mimpi ilmiah ini.Â
Ketika menyaksikan momen itu, Oppenheimer merenungi dampak dari penemuannya dengan ungkapan yang sangat terkenal, "Kini, aku telah menjadi kematian, penghancur dunia." Ia menyadari bahwa ilmu pengetahuan yang dimilikinya telah memberikan senjata mengerikan yang bisa mengancam keberlangsungan hidup umat manusia.
Tidak lama setelahnya, dua bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Dampaknya sangat mengerikan, bom karya para jenius itu menewaskan ratusan ribu orang dan menghancurkan kedua kota tersebut.Â
Inilah momen pahit yang menggiring Oppenheimer pada kesedihan dan penyesalan mendalam. Ia menyadari bahwa penemuan ilmiahnya telah menimbulkan konsekuensi yang tak terduga dan kehancuran yang tak terperikan.Â
Namun, dari tragedi ini lahir tekad bulatnya untuk menyebarkan kesadaran tentang bahaya senjata nuklir dan pentingnya pengendalian senjata tersebut.