Mohon tunggu...
Adriyanthi Pertiwi
Adriyanthi Pertiwi Mohon Tunggu... -

Sedang menempuh pendidikan Strata I di Universitas Swasta bilangan Depok

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Untitled

30 November 2012   16:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:24 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar-benar carut marut HUKUM di era sekarang

Pelaku pencurian sendal jepit ditahan bertahun-tahun sedangkan pelaku korupsi, yang jelas-jelas merugikan banyak oknum hanya dihukum selama tiga tahun penjara. Begitu IRONIS. Akibatnya, masalah-masalah baru pun timbul ke permukaan. Bayangkan saja, sekarang ini para generasi penerus bangsa, terlebih kaum hawa rela menghalalkan segala cara termasuk menjual "KEPERAWANAN" mereka. Hal ini terpaksa mereka lakukan agar dapat menyambung hidup yang secara tidak langsung juga memuaskan kebutuhan DUNIAWI (mereka).

Akhirnya, maaf, SEX BEBAS pun terjadi tanpa bisa dihindari lagi. Begitu susahnya kah mendapatkan SESUAP NASI di era modern, di Negara yang menjunjung tinggi "Pancasila" yang ternyata hanya sebagai pandangan OBJEKTIF (teoritis) saja ini ? Tidak untuk dipraktekkan di kehidupan bermasyarakat (subjektif).

Katanya "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", mana buktinya ?

Keadilan sosial hanya berlaku bagi mereka yang berkecukupan, kalangan jetset, yang bisa membeli keadilan. Dimana peran kalian wahai "WAKIL RAKYAT" ? Katanya wakil rakyat, wadah untuk menampung aspirasi masyarakat. Apa iya hanya akan benar-benar menampung tanpa ada suatu tindakan untuk merealisasikan di dunia nyata agar perekonomian Negara ini menjadi lebih baik? Pemerintah, berikut "dayang-dayangnya" sepertinya ingin memakmurkan diri sendiri, sementara rakyat dibiarkan menderita.

Sedih rasanya melihat mereka yang luntang-lantung di jalanan, buta huruf, tuna wisma dan terpaksa harus meminta belas kasihan dari orang yang sedikit lebih mampu dari mereka. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak di sekolah berkeliaran di jalan ikut merasakan pahitnya kehidupan, perempuan & lelaki usia lanjut yang seharusnya menikmati masa tua di rumah juga harus merasakan hal yang sama. Preman, rampok, copet, dll, apa iya mereka berniat tidak baik? Sepertinya tidak. Ini semua karena tuntutan hidup. Jika hidup mereka layak, tidak akan ada "PROFESI" seperti itu.

Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya sebagai diri pribadi ingin mengingatkan kepada anda, wahai saudara-saudara ku untuk tidak serakah, tamak dsb agar tidak ada lagi kesenjangan sosial yang terjadi. Karena sesungguhnya diantara kita masih ada DIA, KAMU, dan MEREKA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun