Mohon tunggu...
Adri Hamjan
Adri Hamjan Mohon Tunggu... Guru - Pendidik Didikan Alam

#Salam Sipakanne

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemilik Seragam Loreng itu: Tentara Turatea

29 Desember 2022   10:47 Diperbarui: 29 Desember 2022   10:55 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Takunjunga bangung turu' galle, Nakuginciri naung gulingku, Kualleanna Tallanga Natoalia ... adalah kutipan awal dalam syair "Dongang-dongang" yang memiliki makna: Tak begitu saja aku mengikuti angin dan kuputar kemudiku, lebih baik kupilih tenggelam daripada surut kembali.

Sebuah pesan moral yang bernilai filosofis bagi setiap individu untuk berani berbuat dan bertanggung jawab, apapun risiko yang dihadapi, lakukan dan tuntaskan tugas itu. Ya, pesan ini patut disematkan bagi Turatea sebutan dari Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, yang masyarakatnya memiliki karakter sebagai seorang patriot sejati, petarung, dan pekerja keras.

Secara Geografi, Jeneponto terletak antara 523'12" - 542'1,2" Lintang Selatan dan 11929'12" - 11956'44,9" Bujur Timur, berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar di sebelah utara, Kabupaten Bantaeng di sebelah timur, Kabupaten Takalar sebelah barat dan Laut Flores sebelah selatan. Kabupaten ini tercatat memiliki luas 749,79 km yang meliputi 11 kecamatan. (Sumber: Data BPS Jeneponto. 2021)     

Kabupaten Jeneponto berdasar sensus penduduk per tahun 2020, capaian penduduknya sebanyak 401.610 jiwa, wilayah Bontosunggu dijadikan sebagai pusat pemerintahannya. Berjarak kurang lebih 90 km dari pusat Kota Makassar, daerah inipun dinamakan Turatea yang dalam catatan Caldwell dan Bougas adalah sesuatu yang telah lama ada. Andaya 1981 (dalam Caldwell dan Bougas 2004: 461) menyebutkan:

"Turatea adalah nama yang tua. Hal ini dirunut dari abad ketujuh belas yang didasarkan pada sumber-sumber Belanda dan sumber catatan Bugis kontemporer menyebut sebelas daftar indeks untuk Turatea dan tiga untuk Binamu. Dari tradisi lisan menyebutkan bahwa para pelaut Binamu membawa bibit unggul dari Bali ke Turatea (Jeneponto, pen) yang memungkinkan cerita rakyat berkembang yang kemudian memberi nama bibit unggul tersebut (beras atau biji). Tradisi ini muncul untuk mewakili memori untuk kontak perdagangan dengan pantai utara Bali, yang terletak di barat daya Binamu..."    

Turatea dikatakan pula dalam lisan masyarakat Jeneponto sebagai orang-orang dari atas atau dari langit sebagai perwakilan dewata (pemilik alam) yang turun memerintah. Mitos dan bahasa lisan masih melekat dari masyarakat untuk merekonstruksi sejarah Jeneponto mengingat terbatasnya sumber tulisan yang memotret jejak kehadirannya pada masa silam. Dari histori yang menggambarkan Turatea, hal tersebut menjadi bagian identitas wujud karakteristik dan peradaban Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menjadi warisan luhur dan kekayaan sosio-kultural bangsa yang dilestarikan hingga kini.

Sebagai perwakilan dewa yang turun dari langit, menjadikan Turatea (orang-orang dari atas) memiliki karakter kuat, tangguh, dan teguh pada pendirian dengan melekatnya filosofi hidup Suku Makassar yang terafiliasi dalam kesatuan sosial dan tidak terpisahkan dari Kab. Jeneponto dengan menjadikan siri na' pacce sebagai identitas, yang bermakna siri' adalah kehormatan dan pacce sebagai pedoman hidup yang turut berpengaruh dalam nilai-nilai kehidupan masyarakatnya.

Bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran bangsanya menjadi dorongan kuat bagi orang Jeneponto dalam pengamalan jiwa patriot sejati yang selalu dikedepankan dalam pengambilan keputusan. Belum lagi, semangat dalam menjalani kerasnya kehidupan yang penuh dengan persaingan ini, mengantarkannya menjadi seorang petarung guna mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mencapainya, hanya merekalah kaum pekerja keras yang akan mengambil bagian dengan tetap tekun dan ulet dalam menghadapi tantangan tersebut.

Dinamika global yang dihadapi dalam tantangan sekarang ini, menuntut setiap individu menyiapkan "amunisi" guna menghindari status sebagai "penonton" di tengah era-persaingan yang ke depannya akan menjadi rebutan dalam berbagai macam karir atau pekerjaan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun