Mohon tunggu...
Adriel Djuned
Adriel Djuned Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMA

Saya adalah seorang pelajar yang berminat dalam bidang penulisan artikel singkat.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jalan Kaki Saya Menyusuri Kota

29 Oktober 2024   16:17 Diperbarui: 29 Oktober 2024   16:20 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di era kekinian dimana hiburan dimuatkan menjadi suatu kotak elektronik kecil tersilip disaku celana, fenomena berkurangnya kalangan muda generasi sekarang yang senang jalan-jalan dikota sudah mengempis. Berkat kepraktisannya, menghabiskan jam-jam hanya dengan gerakan jari sangat mudah, sehingga terkadang sangat mudah melupakan waktu.

Tak perlu lagi repotkan apa yang akan dikenakan atau ke mana harus pergi, semuanya bisa diakses dari rumah. Ini menjadi fakta yang terbukti saat pada masa pandemi, masyarakat tetap mampu berjalan dengan cukup lancar. Selama ada wifi dan saldo yang cukup, bisa memesan makanan, kerja, chatting dengan rekan-rekan, dsb. Kapan saja, di mana saja, semua bisa dilakukan dan ada dalam genggaman.

Alhasil, terkadang, bahkan ketika kita bertemu dengan seseorang secara langsung, kita tetap terpaku pada ponsel kita dan keasikan sendiri. Peluang-peluang yang telah diberikan oleh HP pelan-pelan mendominasi kehidupan hari-hari kita dan mengubah gaya hidup yang dianggap biasa.

Meski sudah tidak zaman, interaksi sosial yang dilakukan tanpa ada HP adalah suatu hal yang unik dan perlu dihargai. Dengan percakapan, kami juga dapat menghabiskan berjam-jam waktu sembari membangun hubungan dengan orang lain. Interaksi yang tidak hanya tercatat sebagai balon dialog dan kata-kata kecil, tapi dalam emosi dan kenangan-kenangan bersama. 

Bayangkan saja, memang ada kenangan indah Anda yang tercipta dalam proses chatting, terlepas dari konteks positif atau negatifnya. Bandingkan dengan kenangan akan liburan yang terbaru. Pengalaman jalan-jalan dan pemandangan baru yang dialami secara langsung, tak ada rasa yang dapat mengalahkannya. 

Saya masih ingat, instan dimana saya di Tegal mengicip soto Tauco, betapa gurihnya rasanya, dan kondisi dari warung yang menyediakannya. Saat itu, hari sudah gelap, saya sedang menemani ayah saya setelah bekerja seharian, dan untuk menghadiahi diri sendiri, ia ingin makan jajanan kesukaan dia. Walaupun kursi lengket, dan kaki saya digigit oleh nyamuk, saya tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Tak terbayang jika saya hanya memesan soto Tauco dan memakannya dirumah dengan ayah saya. 

Uniknya, kerumitan yang datang dari banyaknya variabel dalam interaksi sosial secara fisik adalah yang memperkaya pengalamannya. Ada banyak sekali cerita dan pengalaman yang hanya bisa didapatkan jika ada keputusan untuk berdiri, jalan kaki, dan menyusuri kota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun