Mohon tunggu...
Dave Adrian
Dave Adrian Mohon Tunggu... -

Journalist

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suatu Malam di Transjakarta

21 Agustus 2011   03:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:36 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi dari vivanews.com)

Jujur, saya baru setahun tinggal di Jakarta. Bagi sebagian orang, Jakarta adalah tambang emas untuk mencari peruntungan sebanyak-banyaknya dengan berbagai macam cara, tapi masih banyak yang menganggap Jakarta bak sebuah Harlem di New York, dimana tertumpuk sejuta penyesalan dan kemiskinan. Jakarta memiliki harapan bagi masing-masing individu untuk meraih mimpinya, namun Jakarta juga keras, ia mampu mengoyak dan melumat setiap kita yang berusaha mengotorinya dengan berbagai dosa. Entah ini dosa besar atau kecil (hanya Tuhan dan Jakarta yang tahu), suatu malam ketika baru pulang berbuka puasa bersama sahabat di salah satu mall di Senayan, saya kebetulan naik bus transjakarta. Memang rumah saya berada di selatan Jakarta sehingga saya pun harus transit di halte Dukuh Atas. Seperti biasa, di halte dukuh atas ada dua bagian pengantri, yang satu ke jurusan Pulogadung dan jurusan saya ke Arah Ragunan. Deretan antrian yang panjang cukup membuat pusing, bayangkan antrian yang panjang dan cuaca jakarta yang selalu panas (siang dan malam) menjadikan kegerahan yang memuncakkan emosi (terkadang). Begitu saya mencapai antrian, tepat di depan saya, seorang lelaki muda sekitar usia mendekati 30 tahun sedang asyik BBM-an sama seseorang. Lelaki tersebut cukup metroseksual dengan aroma tubuh yang wangi, kulit bersih dan sedikit nge-gym. Lelaki berkemeja panjang bergaris berwarna biru itu senyum-senyum sendiri, ketawa-ketawa sendiri dan dengan semangat 45 dan tanpa sadar, dia "memainkan" Blackberry-nya tepat di belakang saya, sehingga dengan sangat jelas saya bisa melihat isi pembicaraan dia dengan "orang" yang saya duga sebagai teman dekatnya. Penasaran. Saya mencoba melihat dan membaca, dan benar-benar romantis. Pake "aku" dan "kamu", sudah bisa ditebak sebetulnya ini pembicaraan antara orang yang sudah dekat dan sedikit "mellow" atau bahkan "mendekati romantis". Saya sedikit terperangah ketika membaca (Tuhan, maafkan saya) tulisan yang ada di Blackberry tersebut. Berikut isi pembicaraan tersebut (dengan suntingan) : Y (Teman Lelaki X) : Kamu tinggal sama siapa disini? Lelaki X (Didepan Saya) : Sendiri Y : Oh... emang aslinya dari mana? X : Aku blesteran Indo dan China Y : Trus rumah kamu dimana? X : Aku sih dari Riau Y : Oh, trus paketnya gimana nih? hehehe X : Kalo buat kamu 400rb aja, Massage udah termasuk plus-plus, have fun, dan lain-lain, pokonya puas deh Y : wah, gak bisa kurang tuh? X : yah itu juga udah diskon buat kamu boy... hehehe Y : oke, kapan kita ketemu.......? ..... (speechless....) Oke, sampai disitu pembicaraan yang saya bisa baca, karena setelah itu dia sadar ada saya dibelakang dan mulai melirik saya dengan tatapan curiga, lalu berpaling lagi sambil menurunkan posisi BB-nya dan bergeser ke antrian sebelah kiri (waktu itu ada 3 baris antrian, dan "kami" paling kanan sebelumnya). Ketika saya turun di halte Mampang, seingat saya ia sudah tidak ada di dalam bus. Dia turun di salah satu halte di kuningan. Ya, memang fenomena seperti itu ada saja di Jakarta. Orang sudah tidak malu-malu transaksi di tempat umum, bahkan di antrian bus transjakarta yang notabene banyak orang yg bisa membaca "transaksi" kita. Mungkin jika anda bertemu dengan orang tersebut, waspadalah, siapa tau anda nanti ditawari juga sama dia, atau mungkin si Mr.Y bisa jadi salah satu diantara anda... hehe... #pesan moral jakarta : gunakan plastik anti gores model anti-spy biar "transaksi" tidak dibaca orang, hehe Jakarta, 21 agustus 2011

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun