[caption id="attachment_362556" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Radakng Aya"][/caption]
Begitu banyak definisi yang dapat kita peroleh dari kata Naik dango, baik melalui media cetak, elektronik maupun media online. Kegiatan Naik Dango bukanlah barang baru saat ini karena sudah menjadi agenda tahunan bagi masyarakat adat Dayak yang bermukim di pulau Kalimantan khususnya Kalimantan Barat.
Kilas balik arti Naik Dango menurut saya dari beberapa referensi maupun pengalaman langsung sebagai peserta. Naik Dango dapat diartikan sebagai Naik/menaiki sebuah Dango/tempat/pondok yang biasa digunakan masyarakat untuk menyimpan padi hasil panen mereka. Naik Dango juga dapat diartikan sebagai sebuah pesta yang dilakukan oleh masyarakat adat Dayak untuk mengungkapkan ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta karena telah diberikan hasil panen padi yang berlimpah kepada para petani dan berharap panen berikutnya juga lebih baik.
Awalnya, Naik Dango ini dilakukan oleh masyarakat adat dayak yang bermukim di Rumah Radakng (Rumah Panjang/rumah yang dihuni oleh beberapa orang kepala keluarga dalam satu atap, seperti apartemen saat ini. Bedanya, Rumah Radakng berbentuk horizontal atau memanjang ke bawah, tidak seperti apartemen berbentuk vertical atau memanjang ke atas) yang berprofesi (bekerja) sebagai petani.
Setelah masa panen tiba, para petani beramai-ramai menyimpan hasil panen ke dalam wadah yang besar berbentuk rumah kecil yang tak jauh dari rumah Radakng, biasanya di sebelah kiri.
Setelah para petani menyimpan hasil panen berupa padi tersebut maka mereka beristirahat dalam beberapa waktu lamanya dari aktifitas bertani sambil mengadakan upacara adat untuk memanjatkan doa agar hasil panen yang berlimpah itu menjadi berkat untuk sanak keluarga dan berharap ke depannya lebih baik lagi. Kemudian, mereka mengadakan makan bersama antar keluarga, mengunjungi kerabat, saudara yang ada di sekitarnya diiringi beberapa kegiatan hiburan seperti tari-tarian, perlombaan dan lain sebagainya yang bertujuan untuk menghibur dan mempererat hubungan tali silahturahmi antar keluarga yang berada di rumah Radakng itu sendiri.
Nah, sejalannya waktu. Kegiatan Naik Dango menjadi sebuah kegiatan besar masyarakat Adat Dayak yang dilakukan tidak hanya oleh masyarakat yang berada di Rumah Radakng saja melainkan seluruh masyarakat Adat Dayak yang sudah menyebar di beberapa daerah di luar Rumah Radakng. Yang bertani maupun yang tidak bertani. Apalagi dengan perkembangan jaman saat ini, kegiatan Naik Dango sudah menjadi konsumsi publik baik tingkat daerah, nasional bahkan sudah go International karena adanya kebudayaan yang tergolong unik di mata masyarakat saat sekarang ini. Nilai-nilai budaya yang kental membuat naik dango menjadi komoditi pariwisata yang memiliki nilai jual yang tinggi. Namun bukan itu yang menjadi bagian utama para panitia pelaksana melainkan demi terwujudnya pelestarian adat dan budaya yang terus dipertahankan agar tidak hilang ditelan jaman karena dinilai di dalam kegiatan Naik Dango terdapat nilai-nilai luhur yang patut menjadi pedoman masyarakat adat Dayak masa kini. Salah satunya selalu bersyukur.
Naik Dango pertama kalinya diselenggarakan di Rumah Radakng Anjungan, Kecamatan Anjongan, Kabupaten Mempawah. Menurut sejarahnya kira-kira tahun 1986 yang lalu, Naik Dango diadakan oleh masyarakat Adat Dayak antar kecamatan yang berada di Kabupaten Pontianak (hanya satu kabupaten) sebelum terjadinya pemekaran dua kabupaten baru yaitu Kabupaten Landak dan Kabupaten Kubu Raya. Kemudian berjalannya waktu terjadilah pemekaran Kabupaten sehingga Naik Dango saat ini diadakan oleh kecamatan-kecamatan di tiga kabupaten yang berbeda yaitu Kabupaten Pontianak atau Kabupaten Mempawah saat ini, Kabupaten Landak dan Kabupaten Kubu Raya.
Dari tiga kabupaten tersebut Kabupaten Landak menjadi kecamatan terbanyak karena hampir semua kecamatan di kabupaten tersebut mayoritas Dayak sehingga mereka rata-rata ikut turut andil dalam kegiatan ini. Total keseluruhan hampir mencapai 27 kecamatan. Masing-masing kecamatan diundang untuk mengikuti serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan panitia pelaksana, yang ditentukan ketika rapat besar (Bahaupm) ketika kegiatan Naik Dango sebelumnya digelar. Panitia pelaksana adalah mereka yang berada di kecamatan yang ditentukan berdasarkan hasil rapat besar itu sendiri.
Menurut informasi yang beredar, Gawe Adat Naik Dango yang ke XXX tahun 2015 ini seharusnya dilaksanakan di Kecamatan Sompak, Kabupaten Landak. Namun, karena sesuatu dan lain sebagainya, akhirnya Naik Dango dipusatkan di Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak tepatnya di Rumah Radakng Aya’ Ngabang, sekitar 5 km dari titik nol kota Ngabang atau di stadion patih gumantar Ngabang pada tanggal 26 sampai 29 April 2015.
Ngabang adalah ibukota Kabupaten Landak, berada kurang lebih 200-300 km atau 4-5jam melalui jalan darat menuju Sungai Pinyuh, dari Kota Pontianak, ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Untuk menuju tempat acara kita bisa menggunakan alat transportasi darat. Karena jalur utama untuk menuju kota Ngabang adalah melalui transportasi Darat dan bisa juga dengan transportasi udara namun akan terkendala dengan alat transportasi dan lokasi pendaratannya. Haha
Nah, jika anda memulai perjalanan dari bandara Supadio Pontianak, maka Anda dapat menyewa kendaraan umum seperti taxi dan kendaraan travel lainnya yang selalu stand by di bandara. Untuk harga sewa sekali jalan berkisar Rp. 150ribu per orang atau Rp. 700-Rp.1Juta jika ingin menyewa satu kendaraan. Namun, jika dari Negara tetangga Malaysia, Anda dapat menggunakan angkutan yang sama berupa taxi atau travel menuju Entikong, Kabupaten Sanggau.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Olah Raga Kabupaten Landak, Drs. Lukas Kanoh, MM kegiatan ini akan diikuti sekitar 27 kecamatan di tiga kabupaten dan beberapa perwakilan dari Negara tetangga seperti Brunei dan Sarawak serta rencananya akan mengundang Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Kegiatan Naik Dango juga akan diisi dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan budaya Dayak, diantaranya lomba kesenian dayak seperti tari-tarian; olahraga tradisional Dayak seperti nyumpit (sumpit), gasing; dan beberapa pameran dari tiap-tiap kecamatan yang diundang maupun dari instansi/dinas pemerintah kabupaten Landak.
Di sekeliling Rumah Radakng Aya terdapat jejeran warung-warung tradisional yang menjual berbagai pernak-pernik budaya dayak, dari asesoris, makanan dan minuman, baju bekas (Lelong) dan lain sebagainya. “Wow, so pasti bakalan seru neh…”
[caption id="attachment_362549" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu stand yang menjual pernak-pernik khas Dayak. Doc. Pribadi"]
[caption id="attachment_362550" align="aligncenter" width="300" caption="Stand pameran dinas PU dan Perumahan Kabupaten Landak dalam tahap persiapan. Doc. Pribadi"]
[caption id="attachment_362552" align="aligncenter" width="300" caption="Ada permainan untuk anak-anak juga loh. Doc. Pribadi"]
Kegiatan biasanya diawali dengan acara seminar tentang budaya Dayak pada 26 April 2015 kemudian dilanjutkan dengan pembukaan yang kali ini direncanakan akan dibuka oleh Gubernur Kalimantan Barat, Drs. Cornelis, MH.
Ya, begitulah sepintas perhelatan Gawe Adat naik Dango ke XXX tahun 2015 ini. Jika ada yang tertarik dengan kegiatan ini, Anda dapat menghubungi saya untuk keperluan selama di Lapangan. Dijamin Anda akan dijamu dan dikondisikan sesuai dengan apa yang Anda inginkan apalagi buat para kompasianer yang hobi jepret-jepret tentang kebudayaan dijamin 100% anda pasti puas. Hehe.
[caption id="attachment_362553" align="aligncenter" width="300" caption="Lokasi tempat diselenggarakannya Gawe Adat Naik Dango. Doc. Pribadi"]
[caption id="attachment_362554" align="aligncenter" width="300" caption="Jalan masuk menuju tempat kegiatan dari Jalan Raya Utama (Nasional). Sekitar 5-10kiloan. Doc. Pribadi"]