Mohon tunggu...
Adrie
Adrie Mohon Tunggu... Lainnya - Eksplorasi

Mulai Saja dulu!! kelanjutanya?? itu urusan nanti...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Perasaan terhadap Produktivitas

18 Januari 2025   10:24 Diperbarui: 18 Januari 2025   10:24 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perasaan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, termasuk dalam bekerja. Seseorang tidak akan mampun bekerja secara maksimal jika memiliki perasaan kecemasan, ketakutan, merasa bersalah dan lain sebagainya. Singkatnya ketika badmood manusia tidak dapat bekerja secara optimal. Sebaliknya seseorang akan sangat produktif ketika ia memiliki perasaan bahagia, percaya diri, dihargai, diterima atau moodnya sedang bagus. Hal ini menunjukkan bahwa perasaan ikut memengaruhi produktivitas seseorang. 

Banyak faktor yang memengaruhi perasaan dan perasaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan perasaan itu mengganggu kerja manusia. Sosiolog Arlie Russel Hochschild (1983) mempopulerkan terminologi emosional labor dalam buku The Managed Heart: Commercialization Human Feelings. Emosional Labor adalah aktivitas mengelola perasaan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tertentu. Setiap orang memiliki perasaan yang berbeda ketika berada di lingkungan berbeda. Di situlah emosional labor memiliki peran. Misalnya ketika bertemu dengan orang penting dan populer, mungkin penggemarnya sangat antusias yang ditandai dengan suara teriakan memanggil namanya, atau menyanyikan chants untuk dirinya. Tentu saja sang idola berusaha menyapa penggemarnya agar terlihat ramah dan baik. Contoh lain, ketika bertemu orang baru, ada perasaan canggung antara mau menyapa atau cuek saja. Oxford Languages (2023) mendefinisikan emosional labor dalam dua hal. Pertama, aktivitas mental yang diperlukan untuk mengelola atau melakukan tugas-tugas rutin yang diperlukan untuk menjaga hubungan dan memastikan kelancaran menjalankan rumah tangga atau proses yang biasanya dianggap sebagai beban yang tidak dihargai atau tidak diakui secara tidak proporsional oleh perempuan. Hal ini berkaitan dengan tugas mengurus rumah tangga. Misalnya mengurus anak, membersihkan rumah, mengatur keuangan keluarga, mencuci. Tugas-tugas itu secara otomatis dilekatkan pada perempuan, yang mana ketika terjadi kesalahan dengan gampangnya, bahwa perempuan itu disalahkan, dan perempuan dituntut agar bisa melakukan itu dengan sempurna tanpa mempedulikan perasaan yang sedang dialaminya. Kedua, emosional labor sebagai pengelolaan emosi seseorang untuk menampilkan dirinya dan berinteraksi dengan orang lain dengan cara tertentu saat melakukan pekerjaan. Misalnya, resepsionis sebuah hotel harus tersenyum dan ramah, tidak peduli dengan perasaan yang sedang dialami, pegawai minimarket juga harus selalu menyapa pengunjung dengan ramah tanpa peduli dengan perasaanya sendiri. Dalam definisi yang kedua ada tiga hal penting yaitu pengelolaan emosi berkaitan dengan seseorang yang mengatur perasaanya dan reaksinya terhadap tuntutan pekerjaan dan situasi sosial. Presentasi diri atau pembawaan diri, dan interaksi dengan orang lain. Definisi yang kedua lebih dekat dengan cara pembawaan diri di lingkungan pekerjaan. Misalnya harus taat pada atasan, meskipun ada perasaan tidak suka dengannya, harus ramah dengan pelanggan, sekalipun ada perasaan sedih karena telah kehilangan orang yang dicintai. Maka penting untuk mengolah emosi (feelings) dalam menjaga keseimbangan kemanusiaan, produktivitas, dan profesionalisme.

Mendefininikan identitas diri adalah hal penting dalam mengolah emosi. Siapakah aku? Bagaimana sikapku ketika berhadapan dengan baru? Perasaan apa yang muncul ketika aku bertemu atasan? Tanda-tanda apa yang terjadi pada tubuhku (merinding, gatal, keringatan) ketika aku merasa takut? Semua itu adalah usaha untuk mengenali diri anda sendiri. Selanjutnya perlu mengenali dengan baik keinginan atau kerinduan dari diri sendiri. Misalnya dalam sebuah pekerjaan, apakah menjadi admin pekerjaan diimpikan, atau hanya karena aku bisa melakukannya dan karena ingin mendapatkan uang saja? Apakah menjadi karyawan sebuah supermarket adalah keinginanku sendiri? Mengenali keinginan ini, supaya seseorang menjadi otentik dan memiliki makna dari setiap hal yang dilakukannya. Kehilangan makna ketika melakukan sebuah pekerjaan akan menganggap pekerjaan itu sebagai rutinitas yang dianggap biasa saja dan kemudian berpengaruh pada produktivitas. Sebab tidak ada semangat untuk mengerjakannya dan tidak tahu apakah itu benar-benar pekerjaan yang diinginkan dan dirindukan. Bekerja yang berorientasi pada hasil dalam hal ini money oriented akan menyebabkan kita kehilangan relasi dengan diri sendiri dan mengabaikan perasaan yang muncul dalam diri kita. Dampaknya, kita tidak notice dengan setiap gejala yang terjadi. Kita hanya tahu ketika sudah menjadi akut, seperti mulai depresi, stress karena beban pekerjaan, karena lingkungan yang toxic dan lain sebagainya. Kita mulai mencari penyebabnya di luar diri kita, tetapi sebenarnya yang bermasalah adalah diri kita sendiri, sebab kita tidak sungguh-sungguh menjalin keintiman dengan diri sendiri.

  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun