Pada tahun 2030, diprediksi hingga 800 juta pekerjaan bisa digantikan oleh AI. Statistik mencengangkan ini hanya salah satu dari banyak cara AI mendisrupsi dunia kerja kita. Dengan munculnya otomatisasi dan mesin berbasis AI, banyak pekerjaan berisiko digantikan oleh teknologi, yang akan menyebabkan banyak orang menganggur dan kesulitan menemukan peluang karir baru.
1 mei 2023, Geoffrey Hinton, yang dianggap sebagai salah satu bapak AI, mengundurkan diri dari pekerjaannya di Google dan mempringatkan bahwa chatbot AI akan segera menjadi lebih cerdas dari manusia. Setelah itu, masih dibulan yang sama, pusat kemanan AI yang berbasis di AS menerbitkan pernyataan yang didukung oleh puluhan spesialis teknologi terkemuka, mereka berargumentasi AI dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan informasi yang salah dan dapat mengguncang masyarakat, dalam kemungkinan terburuk mereka menilai AI mungkin sangat cerdas sehingga dapat mengambil alih dunia yang berujung kepunahan manusia.
Kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi sangat berguna untuk membantu mempermudah kegiatan dan pekerjaan manusia, tetapi jika manusia terus-terusan bergantung pada AI, sehingga menimbulkan sifat malas melakukan kegiatan, ketergantungan pada AI. Sementara AI terus berkembang dan meningkatkan kecerdasannya, tanpa kontrol/kendali manusia, yang mengakibatkan AI lebih cerdas jauh melebihi manusia, ditakutkan AI memiliki pikiran dan kendali penuh atas dirinya, membuat manusia tidak berdaya manghadapi AI, yang mengakibatkan kepunahan massal seperti di film-film. Oleh karena itu, bijaklah dalam menggunakan kemajuan teknologi seperti AI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H