Dalam sejarah berdirinya PMII tidak lepas dari pergolakan politik yang terjadi di era 50-an, dimana beberapa penyebabnya adalah ketidaknyamanan kader-kader PMII dipengurusan HMI, karena di organisasni tersebut pada saat itu meminggirkan mahasiswa-mahasiswa yang berlatar belakang Nahdliyin. Disitulah menjadi penyebab mahasiswa-mahasiswa NU menginginkan mendirikan organisasi yang berkultur Nahdlatul Ulama, lalu juga kegelisahan pengurus IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) yang berada di departemen kemahasiswaan yang ingin membentuk organisasi kemahasiswaan NU, karena IPNU adalah organisasi pelajar, bukan kemahasiswaan.
Pada KONBES IPNU di Kaliurang pada 14-17 Maret 1960, dibentuklah organisasi kemahasiswaan NU yang diprakarsai oleh 13 tokoh mahasiswa NU. Diantara tokoh-tokoh tersebut adalah A. Khalid Mawardi (Jakarta), M. Said Budairy (Jakarta), M. Sobich Ubaid (Jakarta), Makmun Syukri (Bandung), Hilman (Bandung), Ismail Makki (Yogyakarta), Munsif Nakhrowi (Yogyakarta), Nuril Huda Suaidi (Surakarta), Laily Mansyur (Surakarta), Abd. Wahhab Jaelani (Semarang), Hizbulloh Huda (Surabaya), M. Kholid Narbuko (Malang), Ahmad Hussein (Makassar). Perwakilan dari tokoh-tokoh tersebut mendatangi KH.Idham Chalid (Ketua Umum PBNU ) untuk menyampaikan gagasan untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berkultur Nahdlatul Ulama.
Singkat cerita, PMII berdiri pada 17 April 1960 dengan ketua umum terpilih yaitu Mahbub Junaidi, Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan Said Budairy sebagai sekretaris umum. Dan dikarenakan PMII merasa gagap karena selalu menunggu instruksi NU yang saat itu menjadi Partai, lalu adanya isu back to campus yang dicanangkan pemerintahan Orde Baru, dan ditambah lagi adanya fusi Partai politik menjadi 3 parpol, maka PMII pada 14 Juli 1971 memutuskan untuk independen dari NU.
Ajakan Kembali Ke NU
Ajakan para alumni yang berada di PBNU untuk mengajak kembali PMII kembali ke NU bukan muncul baru-baru ini, namun sudah muncul sejak Muktamar PBNU di Makassar pada tahun 2010. Dimana saat itu KH.Slamet Effendy Yusuf dan beberapa alumni mengajak PMII untuk kembali ke NU, bahkan kalau PMII tidak mau kembali ke NU maka PBNU akan membuat organisasi kemahasiswaan baru. Ditambah lagi pada Muktamar NU 2015 ini adalah keputusan akhir PMII kembali ke NU atau tidak, kalau PMII tidak juga mau kembali maka PBNU akan memastikan untuk membentuk organisasi kemahasiswaan baru.
Alasan-alasan PMII Perlu Kembali Ke NU
Penulis sebagai salah satu kader PMII yang menyetujui agar PMII kembali ke NU mempunyai beberapa point yang bisa menjadi relevansi PMII kembali ke NU:
Pertama, setelah menghancurkan PKI, maka ada dua “hijau” yang perlu dilumpuhkan oleh Barat, dua “hijau” tersebut adalah TNI dan NU sebagai penjaga NKRI. Dalam melemahkan TNI cukup diadu domba sebagaimana yang terjadi pada era Orde lama, dimana TNI terpecah menjadi tiga kubu. NU sebagai penjaga NKRI dilemahkan dengan gerakan wahabisme yang mengatakan bahwa amaliah NU adalah bid’ah, lalu dengan memotong kaki NU dengan memisahkannya dengan PMII, sehingga kader-kader PMII seperti yang terlihat, lebih menurut pada politisi berduit daripada dengan Kiai.
Kedua, Ahlussunnah wal Jamaah adalah ajaran yang dipegang kuat oleh NU, dan secara sanad keilmuan para Ulama NU bersambung langsung ke Rasulullah SAW. Maka, penguatan kembali Ahlussunnah wal Jamaah pada kader-kader PMII adalah dengan cara mengembalikan PMII kepada Nahdlatul Ulama.
Ketiga, PCNU dan Partai yang berafiliasi dengan NU banyak diisi oleh kader-kader yang bukan dari PMII, mereka tidak mendapatkan materi Ahlussunnah wal Jamaah seperti kader-kader PMII. Maka, apabila PMII kembali ke NU, syarat utama menjadi pengurus PBNU, PCNU, Muslimat, dan Fatayat, haruslah orang-orang yang sudah melalui kaderisasi di PMII.
Keempat, Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada tahun 1984, NU menyatakan sikap untuk kembali ke khittah 1926 saat kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), maka Gus Dur sudah sejak lama sejalan dengan cita-cita PMII untuk menjauhkan NU dari politik praktis dan kembali menjadi organisasi kemasyarakatan.
Kelima, NU sudah diserang dari mana-mana, maka NU haruslah kembali diperkuat, salah satu cara memperkuatnya adalah dengan menarik kembali PMII sebagai banom NU. KH. Nuril Huda ( Pendiri PMII) berkata, "PMII adalah anak kandung NU maka sewajarnya untuk kembali ke NU (secara organisasi, red), saya sebagai pendiri NU paham kenapa dulu PMII harus independen, keputusan untuk independen dari NU tahun 1972 diambil karena jika tidak PMII terancam diberangus akibat suasana politik saat itu, kalau saat ini situasinya berbeda, maka ada baiknya kita (PMII) merapat.” (http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,53779-lang,id-c,nasional-t,Sesepuh+PMII++PMII+Anak+Kandung+NU++Kembalilah+-.phpx)
PMII menyatakan indepensi karena saat itu memosisikan sebagai vis a vis Negara pada masa Orde Baru, kini era demokrasi, pemerintah lebih terbuka, persaingan juga lebih terbuka, NU akan menjadi lebih kuat jika bergabungnya organisasi kemahasiswaan seperti PMII. Ditambah lagi masih adanya kebingungan PB PMII dalam perumusan paradigma baru, maka daripada berputar-putar dengan kebingungan alangkah baiknya menyatukan paradigma antara PMII dan NU lalu berjuang bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI