Telkom University, dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, telah merancang inovasi pendidikan yang revolusioner. Program pengembangan model pembelajaran mata kuliah wajib pada kurikulum pendidikan tinggi berbasis proyek yang disebut "Cal-CreateMe" adalah salah satu upaya Telkom University untuk menghadirkan pendidikan yang lebih bermakna dan terkait erat dengan dunia nyata.Â
Sebagai bagian dari program ini, mahasiswa di Telkom University terlibat dalam mata kuliah wajib berbasis proyek dan masalah kontekstual. Mereka tidak hanya belajar dari buku teks, tetapi juga terlibat dalam observasi langsung di masyarakat. Sebagai contoh, para mahasiswa terlibat dalam riset yang mencakup observasi terhadap perilaku penggunaan pinjaman online, yang populer disebut "pinjol."Â
Penelitian yang dilakukan pada Kamis, 12 Oktober dan Selasa, 24 Oktober 2023, di desa Sukapura, Dayeuhkolot, mengungkapkan bahwa 75% dari responden yang menggunakan pinjaman online adalah mahasiswa. Alasan utama penggunaan pinjaman online adalah untuk memanfaatkan cashback dari layanan paylater. Namun, di sisi lain, terungkap pula berbagai masalah terkait penggunaan pinjaman online, seperti kurangnya pemahaman dalam pengelolaan keuangan dan kecenderungan hidup konsumtif.
"Aku pribadi nggak terlalu paham ya tentang itu, soalnya menurutku yang penting bayarnya nggak nunggak aja atau tepat waktu. Pasti aman." Ucap Mahasiswa pada Selasa, 24 Oktober 2023.Â
"Aku biasanya pakai Paylater tuh buat beli baju, celana atau sepatu. Lumayan buat naikin limit kredit terus aku males Top Up e-money jadi kesannya cepet lah gitu." Tambahnya saat ditanya mengenai penggunaan Paylater tersebut.Â
Dari hasil lapangan, diketahui banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk menggunakan pinjaman online seperti minat dalam teknologi dan antusiasme terhadap perkembangan teknologi yang tinggi, kurangnya pengetahuan dalam mengelola keuangan, serta perilaku hidup konsumtif. Meskipun mereka menikmati penggunaaan pinjaman online E-commerce tersebut, mereka tetap tidak menyarankan penggunaan pinjaman online kepada teman dan keluarga, "Takutnya sekali nyoba pinjaman online akan kecanduan dan berakhir minjem terus. Apalagi kalau orangnya suka menunda-nunda, tagihannya makin banyak." kata Mahasiswa.
Oleh karena itu, jika seseorang tidak memiliki pengetahuan dalam mengelola keuangan, dan memiliki perilaku konsumtif, maka kemungkinan besar mereka dapat dengan mudah terkena dampak dari pinjaman online. Tetapi, dari semua permasalahan tersebut, pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan terkait masalah pinjaman online. Contoh kebijakannya adalah pembentukan Satgas Waspada Investasi (SWI) yang dibentuk oleh lembaga Otoritas Jasa Keuangan bersama dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kepolisian RI, dan instansi lainnya. Satgas Waspada Investasi bertujuan untuk mencegah serta menangani dugaan tawaran dan praktik investasi ilegal yang marak terjadi, serta melakukan pencegahan dan penanganan apabila terjadi pelanggaran.Â
Dalam kasus ini, para mahasiswa mengusulkan beberapa kebijakan alternatif seperti program pendidikan keuangan terintegrasi dengan menyelenggarakan seminar berkala di kampus mengenai manajemen keuangan. Mereka juga mengusulkan kemitraan sosialisasi dengan E-commerce, yaitu menyarankan kerjasama antara institusi pendidikan dan platform E-commerce dalam bentuk diskusi berkala. Dan yang terakhir, mereka mengusulkan pengembangan brosur atau infografis seperti pemaparan materi sederhana dan menarik di lingkungan kampus, dengan tujuan agar para mahasiswa tertarik untuk membaca dan memahami materi edukasi pada brosur atau infografis tersebut.Â
Setelah adanya faktor utama permasalahan pinjaman online, maka mahasiswa memberikan inovasi dalam tiga aspek utama. Pertama, adanya pengembangan aplikasi manajemen keuangan yang memungkinkan pengguna untuk mengelola cashback secara efektif. Kedua, Mahasiswa menciptakan platform edukasi online khusus yang berisi konten-konten multimedia seperti video,blog dan podcast, yang dapat diakses melalui media sosial, sehingga penyebarannya menjadi lebih luas. Ketiga, mahasiswa memperkenalkan kelompok diskusi dan pendampingan melalui program mentoring keuangan di kampus, yang memungkinkan mahasiswa untuk berbagi pengalaman dan berdiskusi tentang manajemen keuangan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H